Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom : Proyek Pemerintah Hancurkan Kearifan Lokal

Kompas.com - 24/03/2015, 18:15 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka), Tri Mumpuni Iskandar, mengatakan program-program pemerintah selama ini menghancurkan kearifan lokal dari masyarakat Indonesia. Tri menjelaskan, maraknya sistem tender proyek, serta top to bottom, membuat masyarakat tidak punya rasa memiliki akan pembangunan infrastruktur tersebut.

Tri memberi contoh sifat gotong royong masyarakat Nusa Tenggara Timur dalam mencari air yang telah hilang akibat proyek sumur pemerintah. "Muncul tahun 90 program sumur dari pemerintah, pas dicek gak dirawat. Karena itu proyek, sehingga orang jadi individualistis. Celakanya lagi proyek diturunkan ke pihak ketiga yang tidak mengurusi masyarakatnya," kata Tri di Jakarta, Selasa (24/3/2015).

Terkait hal ini, Tri mengatakan jika dirinya diberi kewenangan, hal pertama yang dilakukan oleh dia adalah membentuk tim proyek dari masyarakat setempat selama 3-6 bulan serta membentuk koperasi di wilayah tersebut. "Kalau saya datang ke desa bentuk dulu lembaganya, karena ini manfaatnya untuk masyarakat bukan untuk pemerintah. Sampai muncul namanya passion di masyarakat itu. Punya rasa memiliki, mau ikut bangun. Ini yang saya katakan modal sosial bangsa," kata Tri.

Selain itu Tri juga mengkritisi pemerintah yang terlalu terfokus pada peningkatan modal finansial (financial capital). Menurut dia, masalah pembangunan perlu juga memperhatikan modal sosial, seperti peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. "Kenapa kita berpikir investasi itu cuma financial gap, cuma uang. Ada namanya social capital yang penting juga," kata Tri.

Tri menambahkan, hingga saat ini pemerintah masih terlalu terfokus pada peningkatan modal finansial. Namun, Tri menyambut positif tindakan dari Kementerian Koperasi dan UKM mengembalikkan fungsi dari koperasi. "Dari zaman SBY itu kan financial capital semua tidak ada sama sekali social capital-nya. Sampai saat ini (Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan JK) belum melihat. Tapi saya sambut positif program Kemenkop UKM, dia sudah mulai menganggap Koperasi sebagai salah satu tools untuk masuk ke masyarakat," jelas Tri.

Menurut dia, koperasi adalah sebuah kelembagaan yang bisa memperbesar social capital bangsa. Pasalnya, koperasi melakukan kegiatan ekonomi dengan sistem bottom-up.

Lebih lanjut lagi, Tri mengatakan proyek-proyek pemerintah yang sudah berjalan atau akan berjalan perlu memberikan sosialisasi intens kepada masyarakat dan pengawasan.

Selain itu, Tri optimistis jika melibatkan masyarakat dalam proyek tersebut,  target pertumbuhan ekonomi yang tinggi bisa tercapai. "Itu proyek infrastruktur sebesar Rp 290 triliun kalau melibatkan masyarakat (community based) itu sebuah gerakan ekonomi yang besar. Tapi, jangan sampai economic growth memperbesar jurang antara kaya dengan yang miskin. Tumbuh cuma 1 persen gak papa asal tumbuhnya bareng-bareng," kata Tri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Butuh Dana untuk Investasi, Adaro Minerals Absen Bagi Dividen Tahun Ini

Butuh Dana untuk Investasi, Adaro Minerals Absen Bagi Dividen Tahun Ini

Whats New
Ciri-ciri Atasan 'Toxic' dan Cara Menghadapinya

Ciri-ciri Atasan "Toxic" dan Cara Menghadapinya

Work Smart
Petronas Teken Kontrak Blok Bobara, Nilai Investasi Rp 272,95 Miliar

Petronas Teken Kontrak Blok Bobara, Nilai Investasi Rp 272,95 Miliar

Whats New
J Trust Bank Hadirkan Program Tabungan sekaligus Penanaman Mangrove

J Trust Bank Hadirkan Program Tabungan sekaligus Penanaman Mangrove

Whats New
Pasar Perbaikan Pesawat di RI Besar, FL Technics Buka Fasilitas MRO di Bandara Ngurah Rai dan Raih Sertifikat FAA

Pasar Perbaikan Pesawat di RI Besar, FL Technics Buka Fasilitas MRO di Bandara Ngurah Rai dan Raih Sertifikat FAA

Whats New
UNESCO Tetapkan Semen Padang Sebagai Warisan Kolektif Asia Pasifik

UNESCO Tetapkan Semen Padang Sebagai Warisan Kolektif Asia Pasifik

Whats New
Perempuan Duduki 60 Persen Posisi Manajemen di Prudential Indonesia

Perempuan Duduki 60 Persen Posisi Manajemen di Prudential Indonesia

Work Smart
Awasi Bus Pariwisata Tak Berizin, Kemenhub Perlu Kerja Sama dengan Instansi Lain

Awasi Bus Pariwisata Tak Berizin, Kemenhub Perlu Kerja Sama dengan Instansi Lain

Whats New
Ada Modus Penipuan Mengatasnamakan Bukalapak, Pengguna dan Masyarakat Diminta Waspada

Ada Modus Penipuan Mengatasnamakan Bukalapak, Pengguna dan Masyarakat Diminta Waspada

Whats New
Tumbuh 12,4 Persen, Kredit Perbankan Tembus Rp 7.245 Triliun pada Kuartal I 2024

Tumbuh 12,4 Persen, Kredit Perbankan Tembus Rp 7.245 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Waspada Modus Penipuan Keuangan Baru yang Mengincar Masyarakat pada 2024

Whats New
Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Menkominfo: Jurnalistik Harus Investigasi, Masa Harus Dilarang...?

Whats New
Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Maskapai Emirates Buka Lowongan Kerja di Jakarta, Lulusan SMA Bisa Daftar

Whats New
Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Didukung Konsumsi yang Tinggi, Prospek Bisnis Distribusi Beras Dinilai Makin Cerah

Whats New
PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

PGN Lunasi Utang Obligasi Dollar AS Pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com