Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakrie Telecom Makin Terpuruk, Tahun 2014 Catat Rugi Rp 2,87 triliun

Kompas.com - 05/04/2015, 17:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Emiten telekomunikasi grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) kian terpuruk di sepanjang tahun 2014. Dari laporan keuangan yang dirilis perseroan akhir pekan lalu, rugi bersih BTEL naik 8,7 persen menjadi Rp 2,87 triliun, dari sebelumnya Rp 2,64 triliun.

Naiknya beban kerugian BTEL disebabkan oleh pendapatannya yang turun 13 persen menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun. Dua lini bisnis BTEL kompak mengalami penurunan. Pendapatan jasa telekomunikasi turun 42,3 persen menjadi Rp 1,27 triliun, sementara pendapatan jasa interkoneksi turun 22 persen menjadi 184,2 miliar.

Di sisi lain beban pendapatan naik menjadi 3 persen menjadi Rp 2,13 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun. Alhasil BTEL menanggung rugi usaha Rp 947,55 miliar. Di tahun sebelumnya perseroan masih mencatatkan laba usaha Rp 3,6 miliar.

Tahun lalu, BTEL telah mencatat keuntungan dari kerja sama penggabungan kegiatan usaha dengan PT Smartfren Tbk (FREN) sebesar Rp 590 miliar. Namun, beban keuangan perseroan membengkak menjadi Rp 861,3 miliar dari sebelumnya Rp 738,4 miliar. Sementara rugi selisih kurs turun menjadi Rp 518,9 miliar dari sebelumnya Rp 1,88 triliun.

Total aset perseroan di sepanjang tahun 2014 Rp 7,59 triliun, turun dari sebelumnya Rp 9,13 triliun. Lalu Total liabilitas BTEL Rp 11,46 triliun naik dari sebelumnya Rp 10,13 triliun. BTEL mencatat defisiensi modal hingga Rp 3,78 triliun, naik dari sebelumnya Rp 1 triliun.

Manajemen mengklaim, adanya defisiensi modal disebabkan kerugian penurunan nilai aset, penghapusan uang muka dan pengembangan proyek, selisih kurs, serta beban keuangan dan kerugian usaha dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, total liabilitas perseroan telah melebihi total asetnya. Lebih lanjut, BTEL memiliki utang wesel senior senilai 380 juta dollar AS yang telah wanprestasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, perseroan akan melakukan beberapa langkah. Pertama, mengikuti ketentuan dalam perjanjian perdamaian penyelesaian utang perusahaan yang disahkan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

BTEL kini dalam status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di PN Jakarta Pusat atas permohonan dari salah satu kreditornya, PT Netwave Multimedia.

Kedua, BTEL akan melanjutkan kerja sama dengan para pemasok dan operator telekomunikasi lain dalam rangka mengoptimalkan operasi. Ketiga, menerapkan kebijakan pengendalian biaya. Keempat, merestrukturisasi utang wesel senior.

BTEL memiliki total tagihan utang senilai Rp 11,3 triliun. Utang tersebut dikelompokkan menjadi utang biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan universal service obligation (USO) senilai Rp 1,26 triliun, utang usaha Rp 2,4 triliun, utang tower provider Rp 1,3 triliun, dan utang dana hasil wesel senior Rp 5,4 triliun.

Kemudian, BTEL juga memiliki utang afiliasi senilai Rp 73,7 miliar, utang akibat derivatif Rp 185,3 miliar, utang dengan jaminan Rp 625,4 miliar, serta pembiayaan kendaraan Rp 2,6 miliar.

Dalam kesepakatan perdamaian dengan para kreditur, BTEL akan mulai melakukan pembayaran utang 18 bulan setelah pengesahan homologasi. Kemudian, sebanyak 70 persen dari total utang akan dibayar dengan Mandatory Convertible Bond - A (MCB-A) yang nantinya bisa dikonversikan menjadi saham baru BTEL pada harga Rp 200 per saham.

MCB-A memiliki jangka waktu 10 tahun. Sementara waktu penukarannya bisa dilakukan 3 bulan setelah rapat umum pemegang saham (RUPS). Saham baru ini setara 50 persen dari saham perusahaan. Sedangkan 30 persen sisanya akan dilakukan pembayaran secara bertahap.

Utang wesel senior BTEL sebenarnya masuk dalam restrukturisasi PKPU. Namun, sejumlah pemegang wesel senior mengajukan gugatan percepatan pembayaran bunga dan pokok wesel senior di pengadilan New York.

Untuk itu, BTEL akan mengajukan permohonan pengakuan atas hasil PKPU di PN Jakarta Pusat. Hingga saat ini, proses tersebut masih berlangsung. (Wuwun Nafsiah)

baca juga: Masa Jaya Grup Bakrie Tinggal Kenangan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com