Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Anggap Enteng Wirausahawan Kelas "Gerobak"

Kompas.com - 17/04/2015, 12:39 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


KOMPAS.com — Semua lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari penguasa, pengusaha, hingga rakyat biasa memiliki andil terhadap ekonomi nasional. Bahkan, tukang bakso, tukang gorengan, dan segala jenis usaha yang menggunakan gerobak sekalipun memiliki peran dalam menggerakkan roda ekonomi.

Namun, masih ada yang sebelah mata memandang peran dari para wirausahawan kelas gerobak tersebut. Terkadang, peran mereka tersilaukan oleh industri yang lebih besar.
 
Menurut pakar branding Subiakto Priosoedarsono, sektor usaha mikro merupakan pemain kunci ekonomi nasional saat ini. Baginya, pandangan minor kepada sektor mikro adalah keliru.

"Jenis usaha mikro jumlahnya 56 juta (data Kementerian Koperasi tahun 2012). Jadi, tukang bakso, tukang gorengan, tukang sate, ciri mikro adalah dorongan, dan Anda tidak boleh anggap enteng mereka. Mengapa? karena mereka telah memberikan lapangan kerja kepada 99,86 juta orang," kata Subiakto dalam acara Pesta Wirausaha di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Jumat (3/4/2015).

Bagi pria yang lekat dengan rambut gondrong dan kumis tebal tersebut, jumlah masyarakat Indonesia yang menggantungkan nasibnya pada sektor usaha mikro sangatlah besar. Total sekitar 40 persen masyarakat Indonesia bekerja di sektor tersebut.

Ciri sektor usaha mikro, kata Subiakto, ialah pendapatan kurang dari Rp 300 juta per tahun, modal tidak sampai Rp 50 juta, dan tenaga kerja (rata-rata) bisa 1,7 orang setiap pelaku. "Kenapa 1,7 orang? Karena pelaku sektor mikro itu tokoh utamanya dia sendiri, lalu bisa dibantu oleh istri, anak, atau tetangga," ucapnya.

Bandingkan dengan sektor usaha kecil yang berdasarkan data Kementerian Koperasi tahun 2012 hanya sebanyak 629.000 pelaku usaha. Ciri khas usaha kecil ini, antara lain, punya warung, pendapatannya Rp 300 juta sampai Rp 2,5 miliar, kekayaan bersih Rp 50 juta sampai Rp 500 juta, dan tenaga kerjanya rata-rata sekitar 7,2 orang.    
 
Sayangnya, meski memiliki peranan sangat besar dalam ekonomi Indonesia, sektor UMKM belum mendapatkan dukungan besar dari sektor perbankan. Hal tersebut bisa tecermin dari penyaluran kredit perbankan kepada pelaku UMKM agar bisa semakin berkembang.

Berdasarkan data Bank Indonesia pada April 2014 lalu, kucuran dana kredit bank umum untuk sektor UMKM hanya Rp 658,3 triliun. Angka tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah pemberian kredit kepada sektor lain, yaitu Rp 2.794 triliun.  

Lebih lanjut, kata Subiakto, sektor UMKM merupakan sektor yang sudah tahan banting. Pasalnya, saat krisis ekonomi terjadi pada 1998 silam, sektor UMKM mampu bertahan.

Pria yang sudah berkecimpung dalam dunia brand selama 45 tahun itu pun yakin, sektor UMKM adalah sektor yang memberikan harapan besar kepada Indonesia untuk bisa bertahan dari gempuran ekonomi negara-negara Asia Tenggara saat kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN berlaku pada tahun depan.

Meski begitu, hingga kini, para pelaku UMKM masih memiliki berbagai masalah, mulai dari kesulitan memasarkan produknya, kesulitan memperoleh bahan baku, dan kesulitan modal. Pada akhir pembicaraannya mengenai UMKM, Subiakto pun berharap agar pemerintah lebih memperhatikan sektor tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com