Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Bebaskan Visa 30 Negara Bisa Sia-sia, jika...

Kompas.com - 21/04/2015, 11:57 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan pemerintah membebaskan visa bagi 30 negara untuk menekan defisit transaksi berjalan dinilai akan sia-sia apabila hanya mengikuti tren dalam mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman). Oleh karena itu, pemerintah diminta melakukan berbagai terobosan baru menarik para wisman.

"Kalau hanya mengandalkan tren pertumbuhan jumlah wisman yang dalam lima tahun terakhir rata-rata sebesar 8 persen per tahun, maka diperkirakan jumlah kunjungan wisman pada tahun 2019 hanya akan mencapai 14 juta orang, jauh berada di bawah target 20 juta orang dalam RPJMN 2015-2019," ujar Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jakarta, Selasa (21/4/2015).

Menurut Faisal, perubahan fundamental dalam sektor pariwisata harus dilakukan dari cara padang atau pendekatan pariwisata itu sendiri. Saat ini kata dia, pariwisata Indonesia masih mengandalkan pendekatan birokrasi bukan pendekatan bisnis.

CORE pun mengusulkan agar pemerintah membentuk badan pengembangan pariwisata independen yang dikelola secara profesional yang di dalamnya terdapat semua stakeholder sektor pariwisata.

Dia mengatakan, badan tersebut bukan merupakan birokrasi baru pengganti departemen pariwisata, melainkan badan semi publik pro bisnis yang bertugas menggalang kekuatan industri pariwisata nasional dan koordinator usaha-usaha pengembangan industri oleh pelaku bisnis pariwisata.

Faisal yakin pendekatan bisnis akan mendorong program- program yang lebih inovatif dan lebih responsif. Selain itu, pemerintah juga dinilai mesti memaksimalkan segala potensi wisatawan dalam negeri. Caranya, promosi pariwisata juga harus digemekan di dalam negeri sehingga masyarakat lebih memilih berwisata di Indo esai ketimbang harus keluar negeri.

Lebih lanjut kata dia, sektor pariwisata memang merupakan sektor penghasil devisa yang efektif untuk menekan defisit transaksi berjalan terutama defisit sektor jasa. Hal tersebut berhasil diterapkan oleh Thailand.

"Potensi besar sektor pariwisata dalam mengatasi defisit neraca jasa telah dibuktikan oleh Thailand, yang pada 2013 lalu berhasil mencapai surplus neraca jasa akibat percepatan pertumbuhan jasa perjalanan sejak tahun 2012. Padahal sebelumnya Thailand, sebagaimana juga Indonesia, selalu mengalami defisit neraca jasa yang dipicu oleh besarnya defisit pada jasa transportasi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com