Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehat Dahulu, Cerdas Kemudian

Kompas.com - 23/04/2015, 15:08 WIB

Sebagai kota termuda di Provinsi Aceh, perintis Pemerintah Kota Subulussam sadar, layanan kesehatan menjadi penopang peningkatan sumber daya manusia. Kala sebagian kantor instansi pemerintahan menyewa rumah warga, rumah sakit umum daerah dihadirkan megah, lengkap dengan teknologi medis yang memadai. Sehat pangkal cerdas....

Jubaidah (16) meringis di atas ranjang rawat mekanis saat dua tenaga medis mengganti cairan infus untuk menyuplai nutrisi ke tubuhnya. Radang lambung atau dispepsia yang mendera membuat kondisi fisiknya melemah. Pengobatan dukun kampong (desa) yang sia-sia membuat keluarganya memutuskan mengobatkan siswi pesantren itu ke rumah sakit.

"Awalnya punggung nyeri, lambung sakit seperti ditusuk-tusuk. Sudah diobatkan dua kali ke dukun kampong, hanya disembur air putih dan diberi balsem, tetapi tak juga sembuh," ucap Jauli (39), kakak kandung Jubaidah, warga Kampong Gelombang, Kecamatan Sultan Daulat, Subulussalam saat menunggu di ruang rawat kelas II RSUD Subulussalam, pekan lalu.

Pengobatan dukun sejak lama menjadi andalan masyarakat di ujung selatan Provinsi Aceh itu. Apalagi, selama puluhan tahun, mereka sulit mengakses layanan kesehatan. Wilayah ini sebelumnya menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil, yang baru dimekarkan dari Kabupaten Aceh Selatan tahun 2001.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan lanjutan yang tak dapat ditangani puskesmas, warga Subulussalam berobat ke Kota Medan, Sumatera Utara. Melintasi jalan hutan nan curam dan berkelok-kelok, akses ke Medan ditempuh selama 6-7 jam perjalanan darat. Untuk ke Tapak Tuan, ibu kota Aceh Selatan, harus ditempuh 4-5 jam perjalanan darat.

"Dahulu kami harus ke Medan karena layanan kesehatannya jauh lebih bagus," ucap Jauli yang pernah mengantarkan istrinya ke Medan untuk bedah caesar saat hendak melahirkan putra kedua mereka.

Rumah sakit yang berjarak sekitar 210 kilometer (km), dengan infrastruktur jalan yang jelek, amat menyulitkan warga. Asniwati (29), perawat RSUD Subulussalam, mengisahkan, lima tahun silam, pernah terjadi peristiwa tragis saat seorang ibu yang hendak melahirkan harus dirujuk ke Medan untuk menjalani bedah caesar.

"Kala itu sekitar pukul 03.00. Di tengah cuaca buruk, dengan jalan jelek dan gelap, sopir jadi gugup. Saat melintasi salah satu tikungan di perbukitan, mobil yang mereka tumpangi akhirnya jatuh ke jurang. Pasien beserta bidan yang mengantarkan tewas seketika," ucap Asniwati dengan suara bergetar mengenang kejadian itu.

Angka kematian ibu (AKI) di Subulussalam hingga akhir tahun 2010 masih tinggi. Kepala Dinas Kesehatan Kota Subulussalam Adrin mencatat, rata-rata terdapat lebih dari 10 kasus kematian ibu per tahun. Ini menjadi perhatian khusus saat Pemerintahan Kota (Pemkot) Subulussalam dibentuk. Setelah diberlakukan otonomi khusus (otsus) Aceh, kota terluas kedua di Indonesia, setelah Dumai di Riau, ini dimekarkan melalui Undang-undang Nomor 8 Tahun 2007. Hanya roda pemerintahan praktis baru berjalan pada 2009 usai digelar pemilihan kepala daerah untuk pertama kalinya.

RSUD jadi prioritas

Menyadari kesulitan warga mengakses layanan kesehatan, pemkot setempat mulai membebaskan lahan kebun sawit seluas 7 hektar di tepi poros utama kota untuk membangun rumah sakit. Anggaran senilai Rp 4 miliar digelontorkan.

Direktur RSUD Subulussalam dr Asman memaparkan, sejak mendapat anggaran otsus pada 2009, pembangunan rumah sakit selalu mendapat prioritas. Pada 2009, misalnya, dianggarkan Rp 10 miliar dari dana otsus. Setelah mendapat bantuan dari APBN senilai Rp 24 miliar untuk pengadaan alat kesehatan, dana otsus dianggarkan lagi pada 2011 sebesar Rp 6 miliar dan 2012 sebesar Rp 5 miliar.

Sebelum beroperasi penuh pada 2011, tenaga ahli disiapkan dengan menyekolahkan sejumlah dokter untuk mendapatkan gelar spesialis di sejumlah universitas terkemuka di Sumatera dan Jawa. Kini, selain memiliki lima dokter spesialis, RSUD Subulussalam juga diperkuat 10 dokter umum, 62 perawat, dan 19 bidan.

Kendati terpencil di ujung selatan Aceh, RSUD Subulussalam dilengkapi peralatan kesehatan yang tak kalah canggih dibandingkan rumah sakit di kota besar. RSUD itu dilengkapi peralatan bedah, dua ruang intensive care unit (ICU) dengan peralatan canggih, hingga laboratorium berteknologi mutakhir.

Minat warga untuk berobat ke RSUD terus meningkat. Pada 2014 tercatat, kunjungan rawat jalan dan instalasi gawat darurat sebanyak 11.763 kali. Sementara kunjungan rawat inap terdata 3.425 kali. "Rumah sakit kami juga menjadi rujukan bagi sebagian pasien dari Kabupaten Aceh Singkil dan Aceh Selatan," tutur Asman.

Sekretaris Daerah Pemkot Subulussalam H Damhuri mengatakan, walau pendapatan daerah minim, kualitas layanan kesehatan lebih diprioritaskan ketimbang pembangunan perkantoran. Pantauan Kompas, sebagian besar kantor satuan kerja perangkat daerah (SKPD) masih memanfaatkan rumah penduduk atau rumah toko.

"Filosofi kami, kesehatan dan pendidikan jadi penopang pembangunan. Itu seperti tercantum dalam salah satu misi Kota Subulussalam. Walaupun kepala dinas masih berkantor di rumah kontrakan, gedung dan pelayanan rumah sakit kami bangun semegah mungkin," kata Damhuri.

RSUD Subulussalam kini telah ditetapkan menjadi rumah sakit tipe C dan memiliki 120 tempat tidur .(Gregorius Magnus Finesso)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com