Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Luka” yang Menyembuhkan

Kompas.com - 27/04/2015, 07:09 WIB

Oleh Jazak YA

@jazakYA

KOMPAS.com - Terluka dan dilukai. Siapa yang mau dilukai? Siapa yang ingin terluka? Sudah pasti tidak ada yang akan menjawab mau dan ingin dilukai, tentu ini adalah jawaban yang sangat normal.

Namun dalam kenyataannya, tanpa kita inginkan "mengapa saya dilukai?", "dosa apa saya hingga saya terluka seperti ini?", atau dengan kata lain, satu kali minimal dalam hidup kita, pasti kita pernah terluka atau dilukai.

Lalu mengapa itu terjadi? Jika sesuatu itu ada dan terjadi dalam kehidupan, sudah pasti ada learning atau pembelajaran. Istilah awamnya ada hikmahnya, karena memang tidak satu kejadian yang kebetulan dalam hidup ini.  Termasuk mengenai terluka atau dilukai. Lalu apa hikmahnya?

Anda pasti tahu Dokter Spesialis Bedah kan? Ya dialah manusia yang paling sering melukai tubuh orang yang tidak berdosa. Dia sangat tega membuat luka dan perlukaan di tubuh pasien melalui tindakan operasi.

Hebatnya lagi setelah dia melukai tubuh pasien dia dibayar mahal lagi, betul ya? Lho kok bisa? Ini sungguh tidak adil! Dia yang melukai tapi saya harus membayar Dokter Bedah yang membuat tubuh saya berdarah! Eits..! Tunggu dulu, jangan emosi!

Seorang Dokter Ahli Bedah "terpaksa"membuat luka melalui tindakan Operasi, adalah hanya itu pilihan terakhir melalui pertimbangan medis yang ilmiah untuk mencapai dan menjamah organ yang menyebabkan tubuh kita sakit.

Karena jika organ tersebut tidak dijamah justru akan mengakibatkan kondisi yang lebih fatal bahkan hingga kematian, sebagai contoh Seorang Dokter Ahli Bedah Saraf terpaksa harus melukai tubuh pasien, yaitu dengan membongkar tulang tengkorak yang sangat keras untuk mengangkat Tumor Ganas di otak.

Itu sebabnya mengapa saya sempat "ngilu" menyaksikan secara live dari salah satu RS Jantung terkemuka di Jakarta, dimana seorang Ahli Bedah Toraks dari Argentina dengan wajah dingin tanpa ekspresi menggergaji tulang iga pasien untuk bisa mencapai Jantung pasien yang terlihat berdegup guna melakukan tindakan operasi by pass.

Jadi, hikmahnya simpel. Memang kita tidak ingin terluka atau dilukai, namun jika itu yang terjadi maka yakinlah bahwa luka itu adalah bagian dari proses penyembuhan luka lain yang pasti lebih parah juga lebih fatal dan sangat berbahaya jika tidak dijamah. Jadi bagaimana dong?

Ya nikmatilah luka itu, karena hanya masalah waktu dia akan menyembuhkan luka lain yang lebih berbahaya.

Saya jadi teringat pesan sahabat baik saya yang mengatakan, "Jika saat ini mas Jay terluka hingga tersungkur, itu adalah tanda-tanda anugerah besar sedang mendekati dan akan mas Jay dapatkan." Dan betul saja tak lama saya terluka berat hingga saya menderita kegalauan yang kronis, benar saja anugerah terindah itu-pun datang, sehingga saya bisa melanjutkan kehidupan dan seperti tidak pernah terluka.



* Jazak Yus Afriansyah
adalah  seorang  Author , Coach, Trainer (ACT) of Professional Skill Series. Ia menulis Buku Seri Keahlian Profesional yang didesain untuk melengkapi dan membekali para professional dan entrepreuner dengan Knowledge dan Skill yang diperlukan untuk menjawab tantangan dan menangkap peluang bisnis sekaligus menumbuhkan  dan mengembangkan karir profesional, beberapa buku Seri Keahlian Profesional yang telah terbit dan akan terbit.
 
Jazak menulis buku antara lain: Basic Leadership Skill: Coaching and Counseling (2012),  One Minute Selling in Ethical (2013),  High Impressive Presentation Skill (2013),
Stress! So What? Stress Management Skill (2014), Kiss the King Kong: Key Account Management Skill (2014),  Hot Deals! High Productive Negotiation Skill (2015),  Toxic Boss: Ten Most Poisoned Leader Sins (2015).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com