Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi: Kebijakan Kita Diapresiasi Dunia, tetapi Dipertanyakan di Dalam Negeri

Kompas.com - 29/04/2015, 23:33 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti meyakinkan para pegawai di kementeriannya bahwa kebijakan yang dilakukan saat ini mendapatkan apresiasi yang besar dari dunia internasional.

Hal ini disampaikan Susi, terutama untuk pegawai yang bertugas sebagai pengawas kelautan dan perikanan di semua daerah di Indonesia, yang menjadi ujung tombak dalam penanganan penangkapan ikan secara ilegal atau illegal fishing.

Ironisnya, menurut Susi, apresiasi dari luar negeri didapat saat di dalam negeri masih banyak yang meragukan kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

"Penghargaan tidak berapa di dalam negeri. Namun, saya beri tahukan kepada bapak-bapak bahwa dunia mengakui kebijakan anti-illegal fishing yang dilakukan Kementerian KKP. Itu penting karena banyak orang kita sendiri mempertanyakan (kebijakan KKP), 'Apakah boleh tenggelamkan kapal orang? Apa boleh tangkap kapal seperti itu?'" ujar Susi di Kantor KKP, Jakarta, Rabu (29/4/2015).

Dia mencontohkan, apresiasi dari dunia internasional itu mengalir saat petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS) mendatanginya. Menurut Susi, petinggi AL AS itu mengatakan bahwa aksi Indonesia mengusir ribuan kapal asing belum tentu bisa dilakukan oleh AL AS.

Kedua, kata dia, apresiasi atas kinerja Indonesia dalam mengatasi illegal fishing juga datang dari pasukan keamanan Kanada. Bahkan, kata Susi, para petinggi angkatan laut 20 negara juga mendatanginya dan berdiskusi mengenai cara Indonesia menindak para pelaku illegal fishing.

Sementara itu, penghargaan ketiga datang dari Uni Eropa. Namun, penghargaan itu datang secara tidak langsung. Menurut Susi, Uni Eropa memberikan peringatan keras kepada Thailand karena negara tersebut terindikasi memperoleh hasil ekspor perikanan dari illegal fishing, termasuk dari laut Indonesia.

Seperti diketahui, hasil illegal fishing dari laut Indonesia banyak yang dikirim ke Thailand. Dari Negeri Gajah Putih, hasil laut Indonesia lalu diekspor ke berbagai negara. Namun, kasus yang menyita perhatian dunia, yang melibatkan perusahaan-perusahaan perikanan Thailand, adalah kasus perbudakan di Benjina, Maluku.

Meski perusahaan pelaku perbudakan itu dari Indonesia, ternyata pemeriksaan menunjukkan adanya perusahaan-perusahaan Thailand yang mengendalikan bisnis ikan tersebut.

"Itu artinya, yang kita lakukan ini benar... Lalu, pengakuan keempat setelah ada pertemuan antara PM Thailand dan Pak Jokowi di Konferensi Asia Afrika bahwa mereka (Thailand) mengakui banyak orang-orang di perikanan Thailand itu melakukan hal yang tidak benar," kata Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com