Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap pada Ekonomi Kuartal Dua

Kompas.com - 04/05/2015, 10:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan-perusahan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) sebagian telah mengeluarkan laporan kinerja mereka untuk kuartal I-2015. Dan hasilnya merah!. Memang emiten di BEI tidak mewakili kinerja seluruh perusahaan di negeri ini. Paling tidak, kinerja mereka bisa memberikan gambaran betapa pertumbuhan ekonomi saat ini tengah suram.

Salah satunya bisa dilihat dari sektor properti, sektor yang bisa disebut sebagai kebutuhan pokok. Berdasarkan catatan Kontan, rata-rata emiten BEI mengalami masa sulit. Misalnya saja yang dialami oleh PT Agung Podomoro Land Tbk. Perusahaan yang fokus di properti high rise building atau bangunan jangkung ini mengalami penurunan laba bersih hingga 65,6 persen menjadi hanya Rp 101,37 miliar di kuartal I-2015. Padahal segmen konsumen emiten berkode APLN ini adalah kelas menengah atas yang konon kebal terhadap krisis.

Justini Omas, Sekretaris Perusahaan APLN mengatakan, penurunan laba tersebut disebabkan turunnya penjualan properti hingga 29,5 persen menjadi Rp 611 miliar dari sebelumnya Rp 866,4 miliar. "Kontribusi dari penjualan properti menurun lantaran melambatnya pengakuan pendapatan," ujarnya di Jakarta, Minggu (3/5/2015).

Hal senada juga dialami oleh Grup Astra. Sepanjang Januari-Maret 2015, laba bersih PT Astra Internaational Tbk turun sekitar 15,46 persen secara year-on-year. Per akhir Maret 2015, laba bersih ASII tercatat sebesar Rp 3,99 triliun. Angka ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp 4,72 triliun.

Hal itu terjadi dikarenakan salah satunya yakni divisi otomotif Astra mengalami penurunan kinerja. Laba dari divisi otomotif turun sekitar 20,88 persen menjadi sebesar Rp 1,62 triliun. Pertumbuhan ekonomi dan perang diskon menjadi penyebab merosotnya penjualan otomotif Astra. Penjualan mobil Astra turun 21 persen menjadi 137.000 unit.

Sementara itu, penjualan sepeda motor juga turun sebesar 13 persen menjadi 1,1 juta unit. Bisnis komponen otomotif juga mengalami hal serupa. PT Astra Otoparts Tbk, grup manufaktur komponen otomotif mencatatkan penurunan laba besih hingga Rp 67 persen menjadi hanya Rp 87 miliar.

Masih mau contoh lainnya. Coba tengok perusahaan consumer good seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Laba bersih emiten milik Grup Salim ini longsor hingga 37,3 persen secara year-on-year (yoy)  menjadi Rp 870,1 miliar.

Berdampak pada kredit

Mininnya ekspansi korporasi dan kegiatan ekonomi, membuat permintaan kredit perbankan pun mengalami perlambatan. Buntutnya sudah bisa ditebak, bank akan mengalami penurunan kinerja.

Misalnya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Bank yang biasanya mengantongi laba tebal ini, kini harus puas laba bersih hanya tumbuh 3 persen menjadi Rp 6,1 triliun per kuartal I/2015, dibandingkan kuartal I/2014. Perlambatan laba ini karena kenaikan beban bunga naik tinggi, sedangkan pendapatan bunga tidak bisa mengimbanginya.

Beban bunga naik tinggi, karena BRI harus membayar bunga terhadap dana pihak ketiga (DPK)-nya yang sebesar Rp 587,73 triliun. Dimana sebesar Rp 283 triliun berbentuk deposito.

Sedangkan pendapatan bunga dari penyaluran kredit hanya tumbuh 9 persen menjadi Rp 472,9 triliun. “Kredit melambat karena permintaan tidak besar,” kata Haru Koesmahargoyo, Direktur Keuangan BRI, pekan lalu.

Sepanjang triwulan I–2015, laba Bank Mandiri juga hanya tumbuh 4,3 persen menjadi Rp 5,14 triliun dibanding periode yang sama tahun 2014. Sejatinya, bank dengan aset terbesar di tanah air ini berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp 532,8 triliun atawa tumbuh 13,3 persen, diatas rata-rata pertumbuhan kredit perbankan yang cuma 11 persen.

Tapi masalahnya, Bank Mandiri menanggung beban bunga sebesar Rp 6,85 triliun yang dibayarkan kepada nasabah simpanan. Jumlah ini meningkat 35,3 persen dibandingkan dengan beban bunga pada kuartal I–2014 yang hanya Rp 5,06 triliun.

Bank berlogo pita emas ini memang cukup agresif dalam mendongkrak dana mahal. Total dana nasabah deposito mencapai Rp 128,8 triliun atau tumbuh 36,01 persen.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com