Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Hanya Tumbuh 4,71 Persen, Ini Tanggapan Wapres

Kompas.com - 05/05/2015, 16:15 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai rendahnya angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama dipengaruhi daya beli masyarakat yang menurun. Selain itu, ada pengaruh perekonomian dunia yang juga melemah.

"Ya itu kan sejak awal, sejak beberapa waktu lalu kan sudah disampaikan akibat pengaruh daya beli, akibat ekonomi menurun tentu punya efek. Itu pasti," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (5/5/2015).

Untuk menggenjot daya beli masyarakat, pemerintah melakukan sejumlah upaya, di antaranya membangun fasilitas perumahan. Diharapkan, subsidi uang muka perumahan dan penerapan bunga kredit kepemilikan rumah yang rendah mampu mendorong daya beli masyarakat.

"Justru itu karena menurun maka kita harus membangun fasilitas masyarakat tapi dengan kredit jangka panjang. Supaya bergerak ini kan, kita harus bikin sejuta (rumah), baru bergerak ekonominya dan di sampingi ini masyarakat juga mempunyai pekerjaan tentunya," ujar Kalla.

Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2015 mengalami perlambatan. Bedasarkan tahun dasar konstan 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 hanya mencapai 4,71 persen. Pada periode sama tahun lalu pertumbuhan ekonomi mencapai 5,14 persen (konstan 2010), atau 5,21 (konstan 2000).

Perlambatan ekonomi dipengaruhi oleh tiga kondisi. Pertama, perlambatan ekonomi mitra dagang RI, yakni Tiongkok dan Singapura. Kepala BPS Suryamin menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dikoreksi dari 7,4 persen menjadi 7 persen. Sedang, pertumbuhan ekonomi Singapura terpangkas dari 4,9 persen menjadi 2,1 persen.

Kondisi lain yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2015 adalah masih rendahnya harga minyak. Kinerja ekspor-impor juga turun dibandingkan kuartal I-2014. Pertumbuhan ekonomi kuartal pertama dari 2011 sampai 2015 melandai cenderung turun.

Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2011 tumbuh 6,48 persen dibanding tahun sebelumnya (konstan 2000). Sedangkan pertumbuhan ekonomi kuartalan sejak 2011-2015 cenderung memiliki pola sama, kecuali kuartal I-2015 ini. Dibandingkan kuartal IV-2014, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 turun minus 0,18 persen.

Suryamin mengatakan, penyebabnya adalah pergeseran musim tanam, sehingga bergeser ke kuartal I-2015. Dari 17 sektor yang diamati, tiga sektor yang mencetak pertumbuhan tertinggi year-on-year (YoY) adalah informasi dan komunikasi (10,53 persen), jasa lainnya (8 persen), dan jasa keuangan dan asuransi (7,57 persen).

Sedang secara kuartalan, tiga sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni pertanian, kehutanan, perikanan (14,63 persen), informasi dan komunikasi (3,06 persen), dan jasa perusahaan (2,24 persen). Ada pun jumlah total produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2015 adalah Rp 2.724,7 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2010) adalah Rp 2.157,5 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com