Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesabaran dalam Bisnis Kuliner Organik Nyonya Ambar

Kompas.com - 06/05/2015, 15:56 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com - Bisnis seharusnya bermuara pada keuntungan. Namun bagi Ambar Purwati (48), bisnis adalah bagaimana membagi ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, tidak melulu berbicara uang.

Pemilik Warung Makan (WM) Dua Rizki yang beralamat di Jl S Parman 67, Karangwetan, Genuk, Ungaran Barat ini sudah dua tahun menggeluti bisnis kuliner organik.

Warung makan sederhana yang berada di pojok simpang empat Undaris dalam ini memang tidak seramai seperti warung makan lainnya. Warung bercat hijau ini punya menu spesial, yakni nasi merah organik dan sayur lombok ijo organik.

"Memang omsetnya belum begitu bagus. Sudah diperkirakan sebelumya. Makanya kita bikinnya sedikit-sedikit dulu. Kalau masyarakat sudah mengenal, nanti bertahap kita tambahin porsinya," kata Ambar, Rabu (6/5/2015) siang.

Selain nasi merah organik dan sayur lombok ijo, Ambar juga menyediakan varian masakan lainnya, antara lain opor ayam, sambel goreng krecek, empal daging, tahu tempe bacem, telur bacem, trancam, tumis daun pepaya, nasi bakar isi teri dan lain sebagainya. Semua menu di WM Dua Rizki dibuat tanpa penyedap rasa atau MSG (vetsin).

"Beberapa bahan kita organik yang sudah disertifikasi, seperti sayuran dan beras. Untuk tempe tahunya belum, kedelainya baru disertifikasi," ujarnya.

Selain menyediakan olahan masakan organik, Ambar juga menyediakan beras dan bahan-bahan organik yang bisa dipesan oleh pembeli. Bahan-bahan organik tersebut didapatkan dari wilayah Kabupaten/Kota Semarang, Banyumas dan Cilacap yang telah mendapatkan sertifikat dari lembaga sertifikat produk internasional Control Union Belanda.

"Bebek dan belutnya juga masih tahap sertifikasi. Kalau ayamnya, ayam kampung tanpa pelet," imbuhnya.

Ambar mengaku bukan pemain baru didalam bisnis kuliner. Sebelum membuka bisnis kuliner spesialis masakan organik ini, dia pernah mempunyai katering untuk pabrik. Bahkan saat mengikuti suaminya berdinas di Gunungkidul-Yogyakarta, dia juga membuka warung makan kebun. Namun seiring dengan meningkatnya pemahaman pribadi tentang makanan yang sehat, Ambar mulai mengubah haluan dalam visi bisnis kulinernya.

Hingga pada akhirnya, ibu dua puteri tersebut memutuskan untuk menggeluti bisnis kuliner berbahan dasar bahan-bahan organik.

"Masalahnya jaman sekarang makanannya banyak pengawetnya, bahan makanan tambahan, pewarna, MSG. Yang saya sering baca artikel, bahan makanan tersebut sangaat membahyakaan metabolisme tubuh," ungkapnya.

Tidak terasa, bisnis kuliner organik Ambar saat ini sudah berjalan selama dua tahun. Masyarakat juga semakin banyak yang yang menggandrungi masakan organik. Terbukti beberapa pelanggan mulai memesan menu organik untuk kegiatan-kegiatan massal, seperti selamatan, pernikahan, arisan dan rapat-rapat.

Ambar mengaku akan bersabar menanti pasar berpihak pada bisnis kuliner organik. Dia yakin, suatu saat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat akan semakin masif. Di saat itulah, dirinya akan mengeruk keuntungan dari bisnis kuliner organik.

"Saya kira harus dimulai dari diri sendiri, baru kemudian ke pasar. Yang penting masyarakat sadar dengan makanan yang sehat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com