"Jadi pemerintah tak memiliki instrumen untuk melakukan stabilisasi harga (beras)," ujar Enny di Jakarta, Sabtu (9/5/2015).
Kegagalan Bulog tersebut, kata Enny, bisa tercermin dari melonjaknya harga beras beberapa bulan lalu. Saat itu para pedagang-pedagang besar menahan stok berasnya karena penyerapan beras dari petani dilakukan pedagang besar.
Kata dia, pemerintah akhirnya melakukan berbagai hal untuk menurunkan harga beras. Bulog ditugasi melakukan operasi pasar saat itu. Namun, Enny menilai operasi pasar yang dilakukan Bulog tak efektif. Sebab, Bulog tak memiliki cukup stok beras.
"Waktu kenaikan beras kemarin itu Bulog enggak punya stok kok, bagiamana mau operasi pasar kalau stok berasnya enggak ada. Makanya untuk memenuhi stok itu, maka dipilih impor," kata Enny.
Pemerintah sendiri menargetkan stok beras 4 juta ton untuk tahun ini, jauh lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya 3,4 juta ton.
Kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman, salah satu faktor naiknya stok beras tersebut karena bertambahnya lahan pertanian sejak Oktober 2014 sampai Maret 2015.
"Hasil evaluasi kami kemarin tahun lalu itu hanya mencapai 8,1 juta hektare tahun ini mencapai 8,7 sampai 8,8 juta hektare," kata Amran bulan lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.