Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Apakah Rusal yang Disebut Faisal Basri?

Kompas.com - 27/05/2015, 06:07 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
— Nama Rusal tiba-tiba menjadi buah bibir beberapa hari terakhir ini. Pemicunya, tudingan ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri yang menyebutkan bahwa mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa sebagai bilang keladi kekacauan industri bauksit Indonesia.

Berbicara pada sebuah acara bertema "Kondisi Terkini, Harapan dan Tantangan di Masa Depan Industri Pertambangan Bauksit dan Smelter Alumina Indonesia" di Jakarta, Senin (25/5/2015), Faisal mengatakan bahwa pada awal 2014 lalu, Hatta Rajasa melarang ekspor mineral mentah, termasuk bauksit.

Faisal menyebutkan bahwa kebijakan terkait larangan ekspor mineral itu digodok di Kantor Menteri Koordinator Perkonomian bersama sejumlah menteri terkait.

Dari situlah terbit peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2014 pada 12 Januari 2014.

Faisal menyebutkan, di balik kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah itu ada raksasa tambang UC Rusal yang kala itu hendak membenamkan investasi unit pengolahan (smelter) di Indonesia. Hal yang membuat kuping panas, Faisal mengaitkan kebijakan itu dengan hajatan Pilpres 2014 ketika Hatta menjadi salah satu kandidat.

Perusahaan apakah UC Rusal?

United Company Rusia Aluminium Company (UC Rusal) merupakan perusahaan tambang terintegrasi yang memiliki pertambangan bauksit juga pabrik pengolahan dan pemurnian aluminium dan alumina. Total cadangan sumber daya bauksit perusahaan ini pada akhir 2012 tercatat sebanyak 1,8564 miliar ton, terdiri dari cadangan terbukti 539,6 juta ton, cadangan terindikasi 623,7 juta ton, serta cadangan tersirat 639,1 juta ton.

Pertambangan bauksit Rusal terdapat di delapan area tambang yang tersebar di Rusia, Jamaika, dan Guinea, Afrika Barat.

Pada 2012 perusahaan ini memproduksi bauksit sebanyak 12,365 juta ton, turun 8 persen dibanding 2011 yang mencapai 13,473 juta ton.

Total produksi aluminium perseroan pada 2012 sebanyak 4,173 juta ton, naik 1 persen dibanding 2011 yang mencapai 4,123 juta ton. Sedangkan produksi alumina mencapai 7,477 juta ton, turun 8 persen dibanding 2011 yang sebanyak 8,154 juta ton.

UC Rusal pada tahun 2012 menyumbang 9 persen total produksi aluminium dan 8 persen produksi alumina dunia. Rusal tercatat di bursa efek Hongkong (kode 486), bursa NYSE Euronext di Paris (Rusal/Rual), dan Rusia MICEX (RULER).

Berdasarkan catatan Kontan, janji investasi UC Rusal pertama kali terungkap ke publik pada ajang Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (KTT APEC) pada Oktober 2013 silam.

Dalam hajatan yang digelar di Bali itu, Oleg Deripaska, President and Controlling Shareholder En+ Group, pemilik 48 persen saham UC Rusal sekaligus pemimpin Rusal, menyatakan, ada dua perusahaan di bawah kendalinya yang berminat mendirikan smelter di Indonesia mulai tahun 2014.

Keduanya adalah Rusal yang akan membangun pengolahan bauksit serta Norilsk Nickel yang akan membangun smelter nikel. "Kami memang sangat berminat masuk Indonesia," kata Deripaska dalam wawancara khusus dengan Kontan, di Bali, Senin (7/10/2014).

Sebagai produsen aluminium terbesar, Rusal membutuhkan bahan baku alumina. Setiap tahun, Rusal membutuhkan 2 juta ton alumina. Sebanyak 800.000 ton di antaranya dipasok dari Rio Tinto, Australia, dan selebihnya harus mencari dari para pemasok di seluruh dunia. Nah, menurut Deripaska, Indonesia berpotensi memasok alumina dari hasil olahan bauksit. Karena itu, Rusal berencana membangun pemurnian bauksit berkapasitas 1,5 juta ton per tahun di Kalimantan Barat.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com