JAKARTA, KOMPAS.com — Sekalipun menjadi salah satu negara terbesar penghasil beras, Indonesia memasuki era beras mahal. Harga beras yang tinggi tidak hanya terjadi di Pulau Jawa yang menjadi sentra penghasil beras, tetapi merata terjadi di sejumlah daerah.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, sejak April, harga beras nasional jauh di atas harga pokok pembelian (HPP) beras yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 7.300 per kilogram (kg). Kondisi ini terjadi karena mulai kendurnya peranan Bulog untuk menyerap gabah hasil panen petani.
"Harus diakui, Bulog kalah dengan perusahaan swasta untuk menyerap gabah. Saat ini, perusahaan swasta memborong beras. Bisnis beras menguntungkan karena mereka bisa dapat margin 100 persen. Sementara itu, petani hanya mendapat untung 20 persen," papar Amran, Selasa (26/5/2015) malam, seusai rapat kerja dengan Komisi IV.
Ia mengatakan, selisih harga jual beras dari sentra penggilingan beras ke tangan konsumen Rp 3.500 per kg sampai Rp 5.000 per kg. Kondisi ini tentu membuat perusahaan swasta agresif menyerap gabah petani.
Hal ini tecermin dari beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang yang rata-rata setiap hari sebesar 2.000 ton. Padahal, kata Amran, lima tahun lalu, beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang sebesar 3.400 ton sampai 3.500 ton per hari.
Harga beras medium yang tercatat dalam informasi pasar Kementerian Pertanian hari ini di Kupang, NTT, Rp 9.000 per kg hingga Rp 10.000 per kg. Harga beras medium di Gorontalo sebesar Rp 8.000 per kg hingga Rp 9.500 per kg. Harga beras medium di Pontianak sebesar Rp 9.000 per kg sampai Rp 10.500 per kg. Adapun harga beras medium di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rp 11.000 per kg hingga Rp 17.000 per kg.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.