Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Super Shell Naik, Kapan Pertamax?

Kompas.com - 29/05/2015, 17:29 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Dua hari lalu harga bahan bakar minyak dengan kandungan oktan 92 milik Shell, yakni Super, sudah naik menjadi Rp 9.100 per liter, dari harga sebelumnya Rp 8.950 per liter. Lantas, kapan harga Pertamax -BBM Pertamina dengan kandungan oktan sama- dinaikkan? "Kita berharap dalam waktu yang tidak terlalu lama kita bisa melakukan penyesuaian," kata VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, Jakarta, Jumat (29/5/2015).

Wianda menyebut, penyesuaian harga Pertamax dilakukan karena produk ini mengacu pada Harga Indeks Pasar, kendati harga minyak dunia hanya merambat naik tak signifikan. Selain karena mengikuti Harga Indeks Pasar, tekanan nilai tukar mata uang juga menjadi salah satu pertimbangan. "Harga minyak naik tapi merambat, jadi memang tidak signifikan. Tapi ini kan produk, ada harga indeks pasar yang diacu," ucap Wianda.

Wianda mengaku, tadinya Pertamina berencana mengajukan kenaikan harga BBM non-subsidi ini pekan lalu, namun urung. "Intinya kita sudah berkomunikasi. Tapi tanggal pastinya nanti kita masukkan ke website," imbuh Wianda.

Kenaikan harga BBM non-subsidi seperti Pertamax diakui Wianda tidak memerlukan konsultasi ke parlemen. "Bahkan mereka malah sempat bertanya kenapa waktu itu sempat harus ditunda penyesuaian. Karena (parlemen) sudah sangat paham bahwa non-subsidi adalah domainnya Pertamina," jelas Wianda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com