Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Anjlok, Rp 179 Triliun Menguap dari Bursa

Kompas.com - 09/06/2015, 10:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia menguap dalam waktu singkat. Sejak 31 Mei 2015 hingga Senin (8/6/2015) kemarin, kapitalisasi pasar BEI terpangkas Rp 179,29 triliun, atau 3,63 persen, menjadi Rp 4.773 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg, sejak akhir Mei 2015 hingga kemarin, IHSG telah anjlok 3,86 persen dari level 5.216,38. Kemarin IHSG ditutup melorot  1,68 persen ke level 5.014,99.  Bahkan pada awal perdagangan hari ini, Selasa  (9/6/2015), indeks langsung terjun bebas di bawah level psikologis 5.000.

Suramnya kondisi bursa saham akibat kombinasi faktor dalam negeri dan luar negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjelang akhir paruh pertama tahun ini melambat. Namun, inflasi melaju tinggi deising kenaikan harga barang.

Kabar dari luar negeri juga tidak memberikan angin segar. Kelesuan ekonomi China dan sinyal kenaikan suku  bunga Amerika Serikat (The Fed rate)  menambah kekhawatiran pelaku pasar.

Tak ayal, investor asing menjual portofolio sahamnya di Indonesia. Saham bank, tambang, dan perkebunan yang banyak dikoleksi investor asingm harganya turun tajam,

"Investor yang sebelumnya optimistis, jadi ragu-ragu," ujar analis Minna Padi Investama Andre Setiawan.

Managing Director Morgan Stanley, Hozefa Topiwalla menaksir, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2015 hanya 5,3 persen alias dibawah konsensus para analis sebesar 5,4 persen. "Indikator makro, seperti penjualan kendaraan dan semen, serta pertumbuhan kredis hingga kepercayaan konsumen melambat," katanya.

Tak heran, laba emiten selama dua kwartal awal tahun ini tumbuh negatif.

Demi mengamankan investasinya di bursa, Hozefa menyarankan investor mengoleksi saham-saham yang memiliki siklus global. Seperti saham sektor tambang, perkebunan, mineral, dan maskapai penerbangan. "UNTR, INCO, dan PGAS karena pertumbuhan defensif," imbuhnya,

Sedangkan Kepala Riset Sucorinvest Central Gani, Sebastian Tobing menilai, harga saham perbankan paling cepat rebound alias bangkit kembali, kalau pasar mulai pulih. Saham Grup Astra juga menarik untuk dikoleksi. "Grup Astra memiliki manajemen baik dan lebih konsisten secara kinerja," katanya.

Saham Grup Salim juga diperkirakan cepat pulih karena ada badai El Nino yang berpotensi mengangkat harga CPO.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menimpali, saham Grup Lippo juga menarik. Sebab, penjualan sektor ritel milik PT Matahari putra Prima Tbk (MMPA) dan PT Matahari Department Store (LPPF) terbilang konsisten. Apalagi ada momen Ramadhan dan Lebaran.

Lippo juga memiliki emiten properti dengan cadangan lahan dan pendapatan berulang bagus, seperti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan Lippo Cikarang Tbk (LPKC).

Andre memperkirakan IHSG hingga akhir tahun hanya di 5.200- 5.300. Sementara Hans lebih optimistis di 6.000. (Wuwun Nafsiah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com