Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengubah Keluhan Menjadi Sumber Duit

Kompas.com - 11/06/2015, 06:07 WIB

Oleh Dedy Dahlan*
@dedydahlan

KOMPAS.com - Semua orang tahu kalau mengeluh itu enggak ada gunanya. Bocah kecil tetangga saya aja tahu kalau yang namanya ngeluh itu lebih banyak mudaratnya daripada faedahnya.

“Janganlah mengeluh mama”, katanya ke ibunya. “Daripada ngeluh mendingan beliin adek jus”, lanjutnya, enggak nyambung dan enggak jelas ini niru khotbah ustad atau niru iklan minuman.

Ngeluhin hal yang enggak bisa diubah itu sama kayak ngegosipin artis sama tembok.

Tetapi bagaimana kalau saya bilang, ternyata ada jenis- jenis keluhan tertentu yang bisa dijadikan bermanfaat, bahkan dijadikan sumber duit?

Kalau itu betul, maka saya menyarankan pada Anda untuk lebih meneliti keluhan- keluhan Anda, siapa tahu, ada yang berpotensi dijadikan duit!

Tahun 2005, tiga anak muda di San Fransisco punya keluhan besar. Menurut cerita, keluhan ini muncul saat mereka mencoba mencari video dari insiden di Super Bowl yang melibatkan Janet Jackson di tahun 2004 sebelumnya, dan tidak menemukannya di mana pun di internet. Lalu keluhan yang sama muncul lagi, waktu mereka mencoba mencari video tentang Tsunami tahun 2004 di internet, yang susahnya setengah mati.

“Gimana sih, kejadian sebesar ini kok nggak ada videonya! Kan kita pengen lihat dokumentasinya!” kurang lebih mungkin begitulah keluhan mereka.

“Payah nih, internet. Mustinya bisa dong, orang upload dan nonton video di internet. Gimana sih?” keluh mereka lagi.

Nah. Apa yang terjadi berikutnya adalah titik penentu yang membedakan antara keluhan yang tidak berguna, dan sikap terhadap keluhan yang bisa diubah jadi sumber duit.

“Eh, kalau memang nggak ada, kenapa nggak kita bikin aja?” pikir mereka.

Dan merekapun bersatu, untuk mewujudkan ide mereka. Membuat situs upload video untuk publik, yang satu tahun kemudian dibeli oleh Google seharga 1,65 miliar dollar AS, yaitu YouTube.

Contoh kasusnya terlalu jauh? Kalau begitu bagaimana kalau contoh yang lebih dekat?
Beberapa tahun lalu, seorang teman saya yang suka makan ikan, mengeluhkan sulitnya mencari warung makan ikan bawal yang enggak amis, enak, tapi murah di Bandung.

Ke teman- temannya, ia terus mengeluhkan, kenapa makan ikan di Bandung harus mahal dan sulit? Mestinya ada warung yang bisa menyediakan ikan enak, murah, segar.

Saat itulah dia menyadari bahwa keluhannya ternyata adalah peluang bisnis yang tersembunyi, dan mulai melakukan langkah lanjutan untuk menyikapi keluhannya, dengan bekerjasama dengan teman- temannya membuat warung Ikan Bawal “Reds Dipo”.

Saat ini, “Reds Dipo” di Bandung sudah berkembang menjadi restoran yang dipenuhi pelanggan setia, termasuk saya, yang ingin mencari makanan ikan bawal!

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com