Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara Teknis, Rupiah Harusnya Tak Separah Sekarang

Kompas.com - 22/06/2015, 11:52 WIB

Oleh Faisal Basri

KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah  terhadap dollar AS terus terpuruk. Bahkan pada Rabu (17/6/2015) lalu, rupiah terperosok ke level terendah, yaitu ke Rp 13.367 per dollar AS.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menganggap pelemahan rupiah akibat kondisi penguatan dollar AS atau yang sering disebut dengan ‘super dollar’. Karena banyak mata uang di negara lain juga mengalami hal serupa. “Malaysia ringgit (depresiasi/melemah) 1,1 persen; won Korea 1,07 persen; dan peso Filipina juga 0,7 persen,” ungkap Bambang di Gedung DPR, Jakarta, Senin (8/6/2015).

Sadarkah Menteri Keuangan bahwa rupiah sudah sangat lama melemah, persisnya sejak awal Agustus 2011.

faisalbasri01.wordpress.com

Sejak Desember 2014 cukup banyak faktor yang berpotensi mengurangi tekanan terhadap rupiah. Yang terpenting adalah kemerosotan harga minyak. Impor minyak menjadi biang keladi kemerosotan rupiah sejak tahun 2011. Namun selama Januari-Mei 2015 impor minyak turun tajam, sebesar 51 persen.

Tidak hanya dalam nilai, dalam volume pun impor minyak turun.

Sedemikian tajamnya penurunan impor BBM sehingga tidak lagi menjadi komoditas impor terbesar sebagaimana terjadi selama 2011-2014. Kini impor BBM hanya menduduki urutan ketiga terbesar.

Kemerosotan harga BBM pulalah yang membuat transaksi perdagangan luar negeri kembali surplus setelah selama tiga tahun sebelumnya selalu defisit. Walaupun ekspor selama Januari-Mei turun sebesar 11,8 persen, transaksi perdagagan tetap surplus karena impor turun lebih tajam, yaitu sebesar 17,9 persen. Penurunan impor sangat tajam dialami oleh migas, yaitu 42,8 persen.

faisalbasri01.wordpress.com

Penurunan nilai impor juga dialami oleh berbagai komoditas yang tergolong sebagai kebutuhan pokok karena kemerosotan harga, misalnya gandum, kedelai, jagung, dan gula.

Untuk perdagangan jasa juga mengalami perbaikan. Defisit perdagangan jasa yang biasanya per triwulan sekitar 2,5 miliar dollar AS sampai 3,5 miliar dollar AS, pada triwulan I-2015 hanya 1,8 miliar dollar AS. Karena akun primary income dan secondary income tidak mengalami perubahan berarti, maka defisit akun semasa (current account) pada triwulan I-2015 membaik menjadi hanya 1,8 persen PDB dibandingkan 2,9 persen PDB pada tahun 2014.

Defisit current account ditutupi oleh surplus lalu lintas modal dalam bentuk penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) maupun portofolio.

Dengan demikian, neraca pembayaran terus mencatatkan surplus, sehingga cadangan devisa juga masih menikmati surplus. Karena itu seharusnya secara teknis, rupiah tidak mengalami pelemahan berkelanjutan.

faisalbasri01.wordpress.com
Jadi mengapa rupiah terus melemah padahal pasokan dollar AS lebih besar ketimbang permintaannya?

Penyebabnya diduga pemilik dollar AS tidak menukarkan dollarnya ke rupiah karena motif berjaga-jaga. Pemilik dollar AS khawatir merugi kalau nanti mereka butuh dollar AS harus membeli dengan kurs yang lebih tinggi lagi. Masyarakat maupun pebisnis tak berhasil diyakinkan oleh pemerintah dan BI. Ada semacam krisis kepercayaan dan tergerusnya trust terhadap pemerintah dan BI.

Hal itu mengakibatkan pasokan dollar AS di pasar valuta asing tidak meningkat. Apalagi mengingat volume transaksi di pasar valuta asing sangat tipis, sekitar 2 miliar dollar AS saja dalam sehari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com