Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rachmat Gobel Sewot Ditanya soal Impor

Kompas.com - 29/06/2015, 18:38 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mendadak sewot ketika salah seorang awak media menanyakan kemungkinan pemerintah membuka keran impor untuk menjaga stabilitas harga di bulan Ramadhan dan Lebaran.

“Anda harus lihat harga, di Jakarta sama di daerah itu tidak sama. Perbedaan harga itu pasti ada karena mata rantai. Tolong dipahami mata rantai yang panjang itu juga karena infrastruktur,” ucap Rachmat, ketika ditanya perihal kenaikan harga-harga, Jakarta, Senin (29/6/2015).

Lebih lanjut dia mengatakan, yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mengembangkan sentra-sentra produksi agar bisa memotong mata rantai.

Kemudian, saat ada seorang pewarta yang menanyakan kemungkinan impor untuk menjaga pasokan, tidak hanya dari sentra produksi yang jauh, Rachmat pun kembali meradang. “Kenapa Anda tidak tanya, kapan produksi bisa ditingkatkan? Mentan sekarang sedang bekerja keras untuk swasembada barang, Anda ingin saya buka keran impor?” kata Rachmat lagi.

“Di sinilah maksud saya, pertanyaan itu harus kita ubah. Bagaimana meningkatkan produksi,” sambung dia.

Kemudian, saat wartawan yang bersangkutan hendak bertanya perihal yang lain, Rachmat tidak lagi memberikan kesempatan. “Udah kamu jangan tanya, pertanyaan kamu gitu-gitu saja,” ucap dia.

Sebagaimana diberitakan, pada momen puasa dan Lebaran ini, harga komoditas yang biasanya mengalami kenaikan tinggi yakni daging sapi.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag, Srie Agustina mengatakan, sebenarnya pasokan daging sapi saat ini cukup. Apalagi, pemerintah sudah mengeluarkan izin impor sapi bakalan, sapi siap potong, dan secondary cut untuk Perum Bulog.

“Tinggal kecepatan mereka untuk melepas, kita lagi mengawal supaya lebih cepat dilepas,” kata Srie.

Adapun untuk sapi-sapi lokal di sentra produksi, Srie mengatakan idealnya harga di kisaran Rp 89.000-Rp 90.000 per kilogram, atau paling tinggi Rp 96.000 per kilogram. Sementara itu, sapi-sapi dari feed loter (penggemukan) harga idealnya Rp 97.000 per kilogram.

Namun, yang membuat harga daging sapi mahal adalah kebiasaan distribusi yang diangkut dalam keadaan hidup, bukan daging potongan. “Kebanyakan pengangkutan sapi itu jarang dalam bentuk daging. Dari Lampung ke Palembang itu kan lumayan, dia ngangkutnya dalam bentuk sapinya. Itu kan mahal dibanding ngangkut dagingnya,” sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com