Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Mimika Diminta Selesaikan Masalah Lahan untuk Smelter Freeport

Kompas.com - 30/06/2015, 11:23 WIB
Kontributor Jayapura, Alfian Kartono

Penulis


JAYAPURA, KOMPAS.com
– Pemerintah Provinsi Papua meminta Bupati Kabupaten Mimika, Eltinus Omaleng untuk segera menyelesaikan sengketa lahan yang menjadi lokasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) emas dan tembaga di Kabupaten Mimika.

Sebelumnya sekelompok warga yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Adat Kamoro (Lemasko) menolak pembangunan smelter yang rencananya dibangun di Kawasan Poumako, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Papua, Bangun S. Manurung mengatakan, pemerintah setempat harus segera menyelesaikan penolakan ini agar memberi kepastian terhadap investor yang akan menanamkan modal untuk pembangunan smelter di Kabupaten Mimika.

Menurut dia, pemerintah Kabupaten Mimika harus segera memberikan penjelasan terkait penolakan tersebut atau memberikan solusi lain terkait permasalahan lahan tersebut. “Walau dilakukan segelintir orang, namun aksi penolakan yang mengatasnamakan warga asli setempat perlu mendapat tanggapan dari pemerintah setempat dan itu menjadi tanggung jawab Bupati selaku kepala daerah,” ungkap Bangun yang ditemui di Jayapura, Selasa (30/6/2015).

Untuk lokasi pembangunan smelter, Bangun berharap tetap di lokasi lama di kawasan Poumako, Distrik Mimika Timur, karena secara teknis sudah ditetapkan sebagai kawasan industri oleh Pemerintah Kabupaten Mimika.

Mengenai wacana memindahkan lokasi pembangunan ke Pronggo, Distrik Mimika Barat Tengah, Bangun khawatir justru akan menghambat rencana pembangunan smelter.

“Jangan sampai peluang ini lepas begitu saja, karena pemerintah pusat terpaksa memindahkan lokasi pembangunan smelter. Perlu diingat kawasan ini nantinya akan menjadi kawasan industri yang dapat memberi nilai tambah untuk daerah,” jelas Bangun.

Pada Februari 2015 lalu, Menteri ESDM, Sudirman Said sudah meninjau langsung lokasi pembangunan smelter di kawasan Poumako, Timika, Kabupaten Mimika. Dari kunjungan tersebut, menurut Bangun, kementerian ESDM sudah memberikan dukungan dan dari kesepakatan dengan PT Freeport Indonesia, nantinya perusahaan tambang emas dan tembaga tersebut akan menyuplai konsentrat jika smelter selesai dibangun.

“Menurut keputusan pihak kementerian ESDM, PT Freeport Indonesia nantinya akan menyuplai 900.000 konsentrat per tahun untuk diolah di smelter yang akan dibangun di Papua. Persoalannya sekarang adalah kapan smelter dibangun dan kapan selesai,” ucap Bangun.

Bangun yang ditunjuk Pemerintah Provinsi Papua sebagai Ketua Tim Teknis Pembangunan Smelter Papua mengaku sudah dihubungi beberapa investor luar negeri yang tertarik untuk membangun smelter di Papua.

Kepada perwakilan mereka di Jakarta, Bangun mengaku sudah meminta agar secepatnya mempresentasikan rencana kerja. “Ada beberapa perusahaan yang menyatakan ketertarikan mereka, namun baru satu perusahaan yakni Felix Golden yang sudah menandatangani nota kesepahaman. Kami sudah menghubungi perusahaan lain yang tertarik, untuk secepatnya mempresentasikan rencana kerja mereka,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com