Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiongkok Cetak Uang Baru Topang Pasar Saham

Kompas.com - 29/07/2015, 11:33 WIB


BEIJING, KOMPAS.com -
Bank Sentral China alias People Bank of China (PBOC) terus mengguyur stimulus di pasar modal guna mendongkrak harga saham. Menurut para trader, Selasa (28/7/2015), PBOC kembali menyuntik dana sebesar 50 miliar yuan atau sekitar 8,05 miliar dollar AS, terbesar sejak Juli 2015.

Sebelumnya, PBOC  telah menggelontorkan duit senilai 30 miliar yuan ke dalam sistem keuangan pada pekan lalu. Keputusan ini diambil setelah Tiongkok kehilangan dana hingga 45 miliar yuan pada minggu sebelumnya. Di awal minggu ini, indeks komposit Shanghai terjun 8,5 persen.

Namun, upaya Tiongkok menopang pasar saham belum kelihatan. Indeks CSI300, indek perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar di bursa Shanghai dan Shenzen masih turun 0,2 persen di hari kedua minggu ini. Begitu juga dengan indeks komposit Shanghai tergelincir 1,7 persen ke level 3.663.

"Kepercayaan investor ritel di pasar China sangat lemah," ujar Steven Leung, Direktur UOB Kay Hian Hongkong seperti ditulis Reuters.

Tak semua saham babak belur. Beberapa saham milik sekuritas dan perbankan masih bisa bergerak naik, kemarin. Mengutip The Wall Street Journal, harga saham Haitong Securities Co dan China Merchant Securities Co masing-masing naik 7 persen setelah sebelumnya turun 10 persen.

Begitu pula dengan harga saham Bank of Communications Co dan Bank of China Ltd yang masing-masing naik 1,9 persen dan 0,9 persen. Sebelumnya, kedua bank ini harga sahamnya ambles 10 persen dan 7,6 persen pada Senin (27/7/2015).

Volatilitas saham

Gejolak liar di pasar saham Tiongkok memicu kekhawatiran bagi kalangan investor global tentang perekonomian dan kesehatan pasar modal di negara Tembok Raksasa tersebut. Kepanikan ini membuat investor Asia bergegas untuk mengamankan aset ke obligasi pemerintah dan yen Jepang.

Turbulensi baru juga menimbulkan pertanyaan tentang efektifitas strategi Pemerintah China dalam mengintervensi supaya pasar saham terkendali.

Bernard Aw, ahli strategi pasar IG di Singapura mengatakan, campur tangan pemerintah di pasar modal dapat bekerja tetapi dalam jangka pendek. "Tapi tetap akan menciptakan masalah jangka panjang," kata Bernard.

Salah satu perencana utama ekonomi China menggambarkan gejolak pasar saham sebagai abnormal. Sekretaris Jenderal Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, Li Pumin mengatakan, China membutuhkan sarana menjaga kesehatan pasar saham.  Ia masih yakin pada prospek ekonomi di semester kedua tahun ini. "Fundamental ekonomi China stabil dan berubah menjadi lebih baik," kata Li.

Sekadar menyegarkan ingatan, indeks saham utama China sempat melejit lebih dari dua kali lipat pada pertengahan Juni lalu sebelum longsor. Dalam hitungan minggu, indeks saham kehilangan nilai lebih dari 30 persen.

Regulator menempuh serentetan upaya untuk mencegah kelanjutan longsornya harga saham. Bank Sentral China memangkas suku bunga. Bahkan, para broker sepakat membentuk dana stabilisasi.  Lalu, Pemerintah China membatasi dana pensiun dan asuransi berinvestasi di pasar saham.

Pemerintah China juga menindak investor  yang melakukan transaksi short selling di pasar berjangka. Kemudian, pengambil keputusan di China juga membekukan initial public offering (IPO) untuk mencegah kekeringan likuiditas. Selain itu juga, banyak perusahaan di bursa yang dibekukan sementara perdagangan sahamnya.

Kabar teranyar, regulator sedang menyelidiki berbagai praktik dumping saham tanpa menyebut secara rinci. "China Securities and Regulatory Commission (CSRC) melakukan inspeksi dan penyidikan hukum, khususnya tentang petunjuk dumping saham pada tanggal 27," ujar Jurubicara CSRC Zhang Xiaojun. (Fitri Nur Arifenie)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com