Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Amerika, Susi Bakal “Panas-panasi” Eropa

Kompas.com - 31/07/2015, 15:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Ada kabar gembira yang disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam halal bihalal di kantornya, Jumat (31/7/2015) pagi. Setelah sempat dihentikan pada 2013 lalu lantaran tidak mendapatkan persetujuan dari Senat Amerika Serikat, akhirnya fasilitas dalam bentuk Generalized System of Preference (GSP) kembali diberikan untuk produk perikanan Indonesia. GSP merupakan skema khusus dari negara-negara maju yang menawarkan perlakuan istimewa non-timbal balik seperti tarif rendah atau nol kepada impor produk yang berasal dari negara-negara berkembang. Penurunan tarif BM yang diberikan AS untuk produk perikanan RI besarnya antara 0,5 persen sampai 15 persen.

Lebih lanjut Susi mengatakan, diberikannya fasilitas GSP tak lepas dari “kecerewetannya” dalam mempromosikan bahwa industri perikanan Indonesia telah mematuhi prinsip keberlanjutan (sustainability) serta mengikuti kaidah ketelusuran (treasibility). Susi juga mengaku sangat bangga dengan “kecerewetannya” itu, dan akan meneruskannya di kemudian hari. “Hanya dengan modal ngedumel dan ngomel-ngomel. Meski itu menyebabkan banyak 'dosa', tapi gunanya banyak. Dan saya memastikan, cerewet saya lebih banyak manfaatnya daripada tidaknya,” kata Susi.

Sayangnya, Susi terlihat kurang puas meski negeri Abang Sam (AS) sudah memberikan fasilitas GSP. Pasalnya, Eropa belum menurunkan tarif impor untuk produk perikanan dari Indonesia.

Susi pun berencana untuk mendorong Eropa melakukan hal serupa. “Bentar lagi saya panas-panasin dubes-dubes Eropa. Tuh AS sudah kasih. Kamu katanya lebih peduli sustainability,” sambung Susi.

Sebelumnya, dikabarkan Amerika Serikat telah menurunkan tarif impor bea masuk produk perikanan RI. Amerika Serikat merupakan pasar tujuan ekspor utama bagi produk perikanan Indonesia.

Selama empat tahun terakhir nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat terus menunjukan peningkatan, yaitu 1,07 miliar dollar AS pada 2011, 1,15 miliar dollar AS pada 2012, 1,33 miliar dollar AS pada 2013, dan 1,84 miliar dollar AS pada 2014. Komoditas utama ekspor Indonesia antara lain udang, kepiting, tuna, tilapia, cumi-cumi, ikan hias, rumput laut, kekerangan, dan lobster.

Pertumbuhan ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,14 persen sejak  2011. Semua produk perikanan yang mendapatkan fasilitas GSP diperkirakan 1,75 persen dari total ekspor ke Amerika Serikat yang mencapai 1,84 miliar dollar AS pada 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

Anjlok Rp 18.000 Per Gram, Simak Harga Emas Antam Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

IHSG Awal Sesi Tancap Gas, Rupiah Malah Melemah

Whats New
Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

Harga Emas Dunia Anjlok, Ini Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com