Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Asing Menarik Dana dari Indonesia

Kompas.com - 03/08/2015, 10:11 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com 
— Investor sepertinya semakin realistis. Ini tampak dari aliran dana asing yang mengecil di pasar saham. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing hanya mencatat pembelian bersih Rp 3,87 triliun sejak awal tahun hingga akhir Juli. Padahal, tujuh bulan pertama 2014, pembelian bersih mereka mencapai Rp 57,2 triliun.

Awal tahun 2015, dana panas deras masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Setelah menyesap keuntungan dan melihat tanda-tanda pelambatan ekonomi, investor asing angkat koper dari pasar Indonesia. "Ini juga yang bikin rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Mereka menjual saham dan obligasi lalu menukar ke dollar AS," ujar seorang penanggung jawab keuangan di Bank Sentral Eropa di Singapura kepada Kontan, akhir pekan lalu.

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menilai, ada tiga faktor yang menyebabkan dana asing merosot. Pertama, pelambatan ekonomi yang membuat pemodal malas berinvestasi. Kedua, nilai tukar rupiah terus melemah. Ketiga, rencana The Fed mengerek suku bunga.

Analis Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, melihat, dana asing cenderung stabil. Pemodal asing menghadapi dua risiko: investasi dan pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi Tiongkok dan Yunani memengaruhi persepsi asing tentang risiko di negara berkembang. "Risiko global naik, (investor) asing keluar dari negara berkembang," ucap Hans, Minggu (2/8/2015).

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, menambahkan, pemerintah harus segera mengeksekusi dan memperbesar porsi anggaran pembangunan. Pasar saham Indonesia sebenarnya masih menarik. "Dengan catatan, kondisi makro dan pasar modal juga mendukung," imbuh Reza.

Hans melihat, ada ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga AS mundur dari September ke Desember. Akibatnya, dana asing masuk Rp 341 miliar pada Jumat (31/7/2014). November nanti atau menjelang kenaikan suku bunga, investor asing akan banyak melepas saham di Indonesia. Pasalnya, sebagian dana asing adalah pinjaman dengan bunga rendah.

Dengan kenaikan suku bunga AS, pemodal asing akan menghitung kembali investasi mereka. Hans memprediksi, tahun depan, investor asing akan mencatatkan inflow dengan nilai seperti pada tahun 2009-2011. Ada pernyataan dari investor AS bahwa kinerja korporasi bagus karena bunga rendah.

Jika suku bunga tinggi, kinerja korporasi akan turun. Maka dari itu, investor asing masuk ke negara berkembang. Hans menyarankan kepada investor domestik untuk melakukan akumulasi. Menurut dia, ini periode penurunan saham besar. Jika proyek infrastruktur berjalan baik, Hans memprediksi bahwa IHSG akan berada di level 5.600. Adapun Satrio memperkirakan IHSG di level 4.500-5.650 pada akhir tahun. (Annisa Aninditya Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com