Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persaingan Lelang PLTU Jawa Kian Sengit

Kompas.com - 04/08/2015, 15:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penentuan pemenang dalam lelang proyek proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7 dan PLTU Jawa 5 semakin sengit. Beberapa produsen batu bara kelas kakap ternyata ikut merebutkan proyek super besar ini berkapasitas total daya 4.000 Megawatt (MW).

Direktur Indo Tambangraya Megah Leksono Poeranto menerangkan, saat ini, perusahaan memang sedang mengikuti tender dua PLTU itu. "Untuk Jawa 7 saat ini, kami sudah lulus prakualifikasi, dan sedang persiapan tender untuk bidding yang akan dilakukan pada akhir Oktober. Sedangkan yang Jawa 5 sudah proses, kami sudah bidding juga," ujar Leksono, Senin (3/8).

Sekadar mengingatkan, PLTU Jawa 7 dengan kapasitas 2 x 1.000 MW akan dibangun di Bojonegara, Banten dengan investasi sebesar Rp 40 triliun. Sekitar 30 persen dari saham PLTU Jawa 7 menjadi milik anak usaha PLN yang akan mengoperasikan pembangkit tersebut yakni PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB). Sementara 70 persen menjadi milik pemenang tender.

Untuk tender PLTU Jawa 7, emiten berkode ITMG ini menggandeng beberapa perusahaan yang tergabung dalam konsorsium. Anggota konsorsium terdiri dari perusahaan yang masih tergabung dalam induk usaha Banpu dan operator pembangkit listrik asal Thailand, yakni Ratchaburi Electricity Generating Holding PCL.

Adapun, proses penawaran PLTU Jawa 7 akan dilakukan pada Oktober 2015. Pemenang tender PLTU Jawa 5 dan Jawa 7 akan ditentukan pada akhir tahun 2015 ini. Sementara itu untuk PLTU Jawa 5 dengan kapasitas yang sama, nilai investasinya sebesar Rp 40 triliun. Lokasi pembangunan PLTU Jawa 5 berada di sekitar Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan kewenangan penentuan lokasi di tangan pemenang tender.

Leksono menyatakan, kebutuhan dana untuk proyek itu akan berasal dari dana internal dan pinjaman perbankan. ITMG akan akan melakukan pembicaraan dengan sejumlah bank, baik asing maupun dalam negeri.

Demikian pula dengan kebutuhan batubara yang cukup besar, Leksono juga tidak cemas dengan masalah pasokan itu, sebab perusahaan memiliki cadangan batubara hingga 240 juta ton, perusahaan juga akan mencari pasokan batubara dari perusahan lain.

"Kebutuhan batubara masing-masing PLTU hingga kini masih dicari. Rata-rata kebutuhan batubara PLTU per MW sebesar 4,5 ton per MW," katanya.

Sementara, Suradi Wongso Suwarno, Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk mengungkapkan, saat ini pihaknya juga sudah lolos pra kualifikasi. "Saya belum ada update lagi, nanti saja kalau sudah tender harga," ujarnya kepada Kontan, Rabu (3/8/2015).

Siap pasok batubara

Sementara itu, Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk menyatakan, pihaknya memang tidak ikut lelang di PLTU Jawa 7 dan Jawa 5. Namun, "Secara prinsip kami siap memasok batubara ke dua proyek itu, apalagi itu proyek PLN, kami akan sinergi BUMN," kata dia, Senin (3/8). Saat ini cadangan batubara PTBA mencapai 570 juta ton.

Direktur Utama Adaro Energy Garibaldi Thohir kepada KONTAN, Selasa (23/6) menyatakan, untuk tender PLTU Jawa 7 dan 5, Adaro punya dua opsi. Pertama, menjadi pemasok, dan kedua ikut konsorsium. "Kalau kami kalah, tetap kami ingin jadi pemasok di sana," ujarnya.

Dari hasil kajian Joint Ore Reserves Committee (JORC) tahun 2012, cadangan batubara Adaro di sana masih sekitar 900 juta ton. (Agustinus Beo Da Costa, Azis Husaini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com