Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tindak Tegas "Pemain" yang Buat Harga Daging Sapi Melambung

Kompas.com - 11/08/2015, 10:01 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta pemerintah membongkar kedok para "pemain" yang menyebabkan harga daging sapi melambung menjadi Rp 120.000-140.000 per kilogram. Menurut YLKI, pemerintah harus tegas menindak para pelaku penggelembungan harga daging sapi karena telah memberatkan konsumen.

"Pemerintah harus bertindak tegas terhadap pedagang besar dan importir, yang patut diduga memainkan harga dan pasokan daging sapi. Bahkan sengaja menimbunnya," ujar Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi kepada Kompas.com. Jakarta, Selasa (11/8/2015).

Lebih lanjut kata Tulus, gonjang-ganjing harga daging sapi saat ini patut diduga kuat karena ulah pedagang besar dan importir. Bahkan dia menyebut alasan pedagang besar dan importir "menimbun" daging itu agar pemerintah menambah kuota impor sapi yang mulai dibatasi pada semester I-2015.

YLKI menilai harga daging sapi saat ini sudah sangat aneh karena Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa stok daging sapi sebenarnya cukup untuk 4 bulan. Dengan stok yang cukup itu kata dia, seharusnya harga daging sapi tak melambung seperti saat ini.

"Pemerintah harus membongkar penggelembungan harga daging sapi impor, yang kata Mentan harga asalnya hanya Rp 35.000-40.000 per kg. Kenapa harga ditangan konsumen dalam kondisi normal, mencapai Rp 80.000-90.000 per kg? Ini jelas ada supply chain yang tidak beres," kata Tulus.

baca juga: Jokowi: Pemerintah Akan Buktikan Harga Daging Sapi Bisa Lebih Murah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com