Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Pekan Lagi, Pemerintah Tinggal Pilih Jepang atau China

Kompas.com - 11/08/2015, 15:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pembangunan kereta cepat alias High Speed Railway (HSR) yang sempat dibatalkan lantaran menggunakan skema kerja sama pemerintah swasta, kembali berjalan dengan dua calon pemodal yang tengah bersaing ketat, Jepang dan Tiongkok. Dua proposal bolak-balik mampir ke meja Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) Andrinof Chaniago. Terakhir adalah revisi terbaru proposal dari negeri Tirai Bambu.

Andrinof mengaku bahwa proposal baru milik Tiongkok memiliki keunggulan dari segi ekonomis dan teknis, dibandingkan dengan proporsal milik Jepang. Menurut Andrinof, proposal Jepang belum ada pembaharuan.

Setelah menerima kunjungan dari Menteri Pembangunan Nasional dan Komisi Reformasi (National Development and Reform Commission/NDRC) Xu Shaoshi, Andrinof menyampaikan pemerintah segera akan memutuskan investor mana yang berhak menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut. “Kita akan kaji dalam dua minggu ini (proposalnya). Keputusan pemerintah akan diumumkan dalam dua minggu ke depan, mungkin bisa lebih cepat. Ini (hari ini) sudah saya perintahkan (tim untuk) melakukan kajian,” kata Andrinof, Selasa (11/8/2015).

Andrinof dalam kesempatan tersebut menyampaikan, Tiongkok bakal menanggung 100 persen modal yang dibutuhkan untuk proyek kereta cepat. Pemerintah tidak urun biaya untuk pembangunan ini dari dana APBN.

Andrinof menuturkan, dari proposal yang disampaikan Xu, proyek tersebut ditaksir memakan biaya hingga 5,5 miliar dollar AS atau setara Rp 73,7 triliun (kurs Rp 13.400). Beberapa perubahan dalam proposal disampaikan Andrinof yang paling menonjol adalah soal panjang proyek.

Dalam rencana awal, Tiongkok akan membangun kereta cepat dari kawasan Halim Perdanakusuma Jakarta, sampai ke Stasiun Gedebage, Bandung. Dalam rencana barunya, Tiongkok membuat proyek lebih jauh sampai ke tengah kota Bandung. “Yang Jakarta, tadinya dari Halim kemudian maju ke Manggarai. Kemudian kita minta mau enggak maju ke Gambir. Dan mereka juga mau,” ucap Andrinof.

Sayangnya, Andrinof belum tahu persis banderol tiket kereta api tersebut. Yang jelas, dia bilang, segmentasi konsumen kereta cepat adalah sekelas penumpang pesawat terbang.

Sementara itu, ketika disinggung banyaknya proyek dari Tiongkok yang berkualitas buruk, Andrinof meyakinkan bahwa ke depan kerj asama dengan Tiongkok lebih mementingkan kualitas daripada harga murah.

Dalam kesempatan sama Menteri Xu Shaoshi berharap pemerintah memberikan dukungan atas proposal yang disampaikan. Xu mengakui kerja sama sepuluh tahun terakhir dengan Indonesia, beberapa di antaranya ada yang bermasalah dengan bermacam-macam alasan. “Makanya ke depan kita lakukan kerja sama, agar hal seperti itu tidak terjadi lagi. Sudah disepakati kedua negara, kita mementingkan kualitas di kerja sama masa depan,” ucap Xu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com