Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanfaatkan Momentum "Reshuffle"

Kompas.com - 13/08/2015, 15:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Pergantian menteri adalah momentum. Awalnya, peristiwa penting ini diharapkan menjadi counter-cycle yang mampu membalikkan arah perekonomian menjadi lebih baik. Namun, masuknya 4 orang baru ini justru terjadi dalam situasi regional dan global begitu buruk, setelah Tiongkok mengubah nilai referensi mata uangnya.

Momentum pergantian menteri seakan tenggelam oleh momentum yang lebih besar. Bahkan, menteri baru harus menghadapi perkembangan baru yang lebih rumit. Ada gejala semakin meningkatnya perang nilai tukar antarnegara besar di dunia.

Menko Perekonomian Darmin Nasution sudah harus berhadapan dengan kemerosotan nilai tukar dan pelemahan pasar. Pada hari pelantikan, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia meluncur ke level 4.400-an, sementara nilai tukar terus melemah ke kisaran Rp 13.800. Namun, patut dipahami, keduanya tak berhubungan satu sama lain dalam jangka pendek. Pasar keuangan (regional) tengah bergolak sejak kemarin, menyusul kebijakan Tiongkok memperlemah mata uangnya.

Beruntung Menko Perekonomian baru adalah mantan Gubernur BI dan pejabat karier di lingkungan Kementerian Keuangan. Menko Kemaritiman Rizal Ramli juga seorang ekonom yang tentu saja akrab dengan dinamika ekonomi. Sementara Menteri Perdagangan Thomas Lembong kebetulan juga pernah malang melintang di sektor keuangan. Diberitakan pernah menjadi CEO perusahaan investasi serta bankir di Deutsche Bank dan Morgan Stanley.

Perlu diuji

Ketiga figur baru di jajaran Kementerian Ekonomi dan kemaritiman ini diyakini memiliki kompetensi dan pengalaman memadai menghadapi gejolak ekonomi. Namun, ketiganya masih harus diuji kemampuannya mengelola birokrasi. Salah satu pertanyaan penting, apakah Menko Perekonomian dan Menko Kemaritiman mampu bekerja sama dalam irama yang sama.

Selain menghadapi tekanan eksternal yang brutal, perekonomian juga digerogoti kinerja domestik yang tak maksimal. Pertumbuhan kuartal II-2015 hanya 4,67 persen, mengecewakan karena lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Artinya, pelambatan ekonomi belum mencapai dasarnya. Pertemuan antara ketidakpastian global dan pelambatan ekonomi menjadi beban paling berat kabinet mendatang.

Selama ini, kita mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan mulai dilakukan pada September ini. Nyatanya, Tiongkok mengeluarkan kebijakan yang tak terpikirkan sebelumnya. Langkah Tiongkok dengan sengaja memperlemah mata uangnya sebesar 1,9 persen tak bisa dilepaskan dari pelambatan ekonomi mereka. Guna memacu ekonomi domestik, Tiongkok mengubah referensi nilai tukarnya supaya ekspor terdongkrak.

Namun, kebijakan ini menimbulkan implikasi negatif bagi negara lain. Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat akan terpukul. Sebagai pengekspor barang konsumsi kelas atas, Eropa akan makin sulit bangkit, sementara AS yang mulai pulih bisa turun kembali. Akibatnya, kenaikan suku bunga The Fed sangat mungkin ditunda. Perekonomian global benar-benar menghadapi ketidakpastian tingkat tinggi.

Bagaimana momentum pergantian menteri ini bisa keluar dari bayang-bayang regional dan global ini?

Pertama, para menteri ekonomi harus mampu berkomunikasi dengan para pelaku pasar serta meyakinkan mereka agar kepanikan tak berlanjut.

Kita harapkan dalam beberapa hari ke depan nilai tukar dan pasar modal mulai bangkit. Kedua, tim ekonomi baru perlu menunjukkan pola kebijakan komprehensif dalam rangka menahan pelambatan ekonomi. Belanja bisa didorong, tetapi harus tetap diperhitungkan penerimaan, terutama pajak.

Ketiga, kabinet kerja harus fokus pada realisasi aneka proyek infrastruktur dan mengatasi persoalan yang membelitnya. Dengan begitu, investasi swasta juga turut terdorong sehingga belanja perusahaan naik. Pendekatan komprehensif terukur penting agar satu kebijakan tak menegasi kebijakan lain. Pola intervensi perlu diperbaiki agar terjadi perubahan pola distribusi, bukan justru mendistorsi.

Pendek kata, pemerintah harus lebih realistis terhadap pertumbuhan, penerimaan pajak, dan target ekspor. Ketiganya perlu harmonisasi sejalan, bukan bertolak belakang. Tahun ini, kita tak akan mampu tumbuh tinggi. Bisa mempertahankan pertumbuhan 5 persen dengan menjaga penerimaan agar mampu menopang belanja pemerintah sudah baik. Kenaikan ekspor tiga kali lipat harus direalisasikan untuk sektor tertentu, tak mungkin untuk semua komoditas ekspor.

Tantangan Menteri Perdagangan bukan semata mencari pasar baru, melainkan memengaruhi pola industri domestik. Selama ini, Kementerian Perdagangan hanya residu dari perkembangan industri domestik. Sebagai mata rantai terakhir dalam pasokan nilai, hanya memasarkan apa yang dihasilkan industri domestik. Ke depan, Kementerian Perdagangan harus berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian memetakan sektor ekspor unggulan.

Kita menunggu gebrakan para menteri ekonomi baru agar sigap mengatasi persoalan jangka pendek pelemahan pasar dan nilai tukar, sekaligus persoalan jangka menengah, pelambatan ekonomi.

A Prasetyantoko
Dosen di Unika Atma Jaya, Jakarta

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Agustus 2015, di halaman 1 dengan judul "Memanfaatkan Momentum 'Reshuffle'".

Kompas TV Presiden Lantik 6 Menteri Baru

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com