Pasalnya, Indonesia berpotensi akan kebanjiran barang impor terutama pangan dari Vietnam yang hatinya menjadi lebih murah akibat devaluasi dong tersebut.
"Dampak jangka pendeknya ya kita akan dibanjiri produk-produk asal Vietnam terutama pangan ya," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Dia menjelaskan, keputusan otoritas moneter Vietnam melakukan devaluasi dong jelas akan membuat produk ekspor negara tersebut lebih kompetitif. Pasalnya, harganya akan jauh lebih murah dibandingkan kompetitor dagang lainya.
Sementara itu, Indonesia sendiri memiliki hubungan dagang terutama pangan dengan Vietnem. Hal itu diperparah karena ketersediaan pangan dan melambungnya harga pangan di Indonesia saat ini sehingga indikasi impor pangan akan semakin kuat.
"Ini diperparah karena pangan kita saat ini harganya sudah tinggi dan memungkinkan ada impor pangan dari Vietnam sehingga nantinya barang-barang itu membanjiri pasar Indonesia," kata dia.
Saat ini neraca perdagangan Indonesia dengan Vietnam memang masih surplus. Namun, dengan kondisi harga pangan nasional seperti saat ini dan murahnya harga pangan dari Vietnam, neraca perdagangan itu bisa berubah, bahkan bisa defisit.
Apabila impor pangan dari Vietnam meningkat tajam, maka defisit neraca perdagangan Indonesia bisa semakin melebar. Dampaknya, kata Enny, rupiah akan ikut-ikutan tertekan karena keputusan devaluasi dong oleh Vietnam. Tentu hal itu akan berdampak negatif kepada nilai tukar tupiah terhadap dollar yang saat ini sudah tertekan oleh devaluasi yen dan rencana kenaikan suku bunga Bank Amerika Serikat (AS) The Fed.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.