Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apindo Tuding BUMN Bandel Bikin Rupiah Terkapar

Kompas.com - 27/08/2015, 06:47 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi Sukamdani mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus melemah dan menembus batas psikologis Rp 14.000, salah satunya disebabkan masih tingginya permintaan dollar AS untuk berbagai transaksi di dalam negeri.

Ironisnya, menurut Hariyadi, kendati sudah dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) terkait penggunaan mata uang untuk transaksi dalam negeri, perusahaan pelat merah pun belum mematuhi kebijakan tersebut.

“Kami dapat masukan dari sektor yang mengurus gas. Kenapa itu BUMN masih jualnya pakai dollar. Transaksi Pelindo II di pelabuhan juga masih pakai dollar. Jadi yang bandel ini justru BUMN. Jadi kurang fair-lah kalau kita sendiri tidak percaya rupiah, lalu bagaimana?” kata Hariyadi, dalam diskusi bertajuk ‘Rupiah Terkapar, Bagaimana dengan Bisnis?’, Jakarta, Rabu (26/8/2015).

Hariyadi pun berharap perusahaan BUMN mematuhi PBI dalam penggunaan mata uang rupiah. Sebab, dengan kurs rupiah yang terus tertekan beberapa waktu terakhir ini, situasi sektor riil sangat berat.

Di samping faktor internal, yakni masih banyaknya transaksi dalam dollar AS, tekanan eksternal datang dari gejolak lemahnya nilai mata uang sejumlah negara akibat devaluasi Yuan.

“Ini harus berakhir. Menurut pandangan kami China ini lagi pakai jurus dewa mabuk. Tapi mabuknya itu bikin orang takut beneran,” kata dia.

Terancam lakukan PHK

Hariyadi mengatakan, akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat ditambah pelemahan kurs, para pelaku industri betul-betul dalam kondisi dilematis. Sebabnya, apabila ingin mengerek harga produk maka akan beresiko tidak terserap pasar, lantaran daya beli masyarakat sedang ambruk.

“Karena tidak bisa menaikkan harga jual, pilihannya adalah memangkas cost di pos lain. Yang paling mungkin adalah di pos tenaga kerja,” ucap Hariyadi.

Bentuk pemangkasan biaya di pos ini beragam, sebut Hariyadi, mulai dari pengurangan shift sampai pemutusan hubungan kerja (PHK). Lebih jauh dia menuturkan, umumya karyawan alih daya dan karyawan kontraklah yang pertama kali dirumahkan.

Kendati dari anggota APINDO sendiri belum ada laporan resmi berapa pabrik yang tutup, Hariyadi menyampaikan, dari catatan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), sebanyak 13 pabrik di Karawang dan Bekasi sudah berhenti operasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com