Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekan Depan, Jonan Beri Pertimbangan Proyek Kereta Cepat

Kompas.com - 29/08/2015, 04:40 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan akan memberikan pertimbangan pembangunan KA cepat Jakarta-Bandung kepada Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, yang juga merupakan ketua tim pertimbangan proyek tersebut.

Rencananya, pertimbangan Jonan itu akan disampaikan saat rapat dengan seluruh anggota tim penilai proyek tersebut pada pekan depan.

"Saya anggota, pasti akan berikan pertimbangan. Nanti saja, belum dibahas kok ditanya," ujar Jonan saat ditemui di Kantor Kemenhub, Jakarta, Jumat (28/8/2015).

Jonan merupakan salah satu anggota tim yang diwajibkan menyerahkan rekomendasi pembangunan proyek KA cepat kepada Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat. Menurut mantan bos KAI itu, pembahasan proyek KA cepat Jakarta-Bandung belum pernah dilakukan di tingkat menteri.

Selama ini kata dia, rapat-rapat tersebut hanya dilakukan dalam rapat setingkat eselon I antar kementerian.

"Evaluasi. Ketuanya Pak Darmin, saya juga anggota. Belum ada rapat sampai sekarang. Mungkin minggu depan," kata dia.

Tahun lalu, saat Jonan masih menjabat sebagai Direktur Utama KAI, program KA cepat Jakarta-Bandung pernah ditentangnya. (Baca: Dirut PT KAI: Saya Menentang Kereta Cepat Jakarta-Bandung)

"Soal kereta cepat Jakarta-Bandung, saya yang paling menentang. Itu tidak berkeadilan," kata Jonan dalam CEO Speaks on Leadership Class diUniversitas Binus, Jakarta, Senin (30/6/2014) silam.

Jonan mengatakan, dirinya menolak pembangunan proyek itu jika didanai dengan anggaran APBN, baik langsung maupun dengan cara utang. Menurut dia, proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung tidak terlalu penting dibanding mengembangkan kereta api trans-Sumatera, trans-Kalimantan, trans-Sulawesi, serta trans-Papua.

"Rohnya APBN itu NKRI. Kalau Jawa aja yang maju, ya merdeka aja Papua dan lainnya itu," ucap Jonan.

Setelah menjadi Menteri Perhubungan, Jonan tetap menentang pembangunan KA cepat apabila menggunakan uang APBN. Akhirnya, dua calon investor datang dan menyatakan siap membangun proyek yang diperkirakan nilainya lebih dari Rp 50 triliun itu dengan dana swasta. Kedua calon investor tersebut yaitu Jepang dan Tiongkok.

Saat ini kedua negara tersebut sudah merampungkan tahap studi kelayakan dan sudah menawarkan nilai investasi untuk membangun proyek tersebut. Dalam waktu dekat ini pemerintah dikabarkan akan mengambil keputusan apakah akan memilih Jepang atau Tiongkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com