Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percakapan Lino dan Sofyan, Pemerintah Dinilai Buat Aib Sendiri

Kompas.com - 31/08/2015, 01:31 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo menilai ada masalah etika yang muncul ketika Direktur Utama PT Pelindo II R.J. Lino menghubungi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil terkait penggeledahan yang dilakukan Polri di kantor Lino. Pembicaraan dengan Sofyan ini sempat diperdengarkan Lino kepada wartawan.

"Patut digarisbawahi kalau pemerintah sebenarnya sudah membuat aib sendiri ketika seseorang yang diduga Menteri Bappenas Sofyan Djalil berkomunikasi dengan RJ Lino saat penggeledahan berlangsung. Apalagi percakapan kedua orang itu sengaja diperdengarkan kepada awak media dan transkrip lengkapnya sudah beredar sejak Sabtu lalu," kata Bambang melalui siaran pers, Minggu (30/8/2015).

Menurut dia, permasalahan etika ini muncul ketika Sofyan menyarankan Lino menelepon sejumlah pejabat tinggi negara, seperti Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Menteri BUMN seperti yang terbaca dalam transkrip rekaman pembicaraan mereka.

Demikian juga ketika Lino seolah meminta Sofyan melaporkan penggeledahan itu kepada Presiden. Atas dasar itu, Bambang menyarankan Presiden Joko Widodo untuk tidak mengomentari penggeledahan Polri di kantor Lino tersebut.

"Agar tidak ada lagi aib yang memalukan pemerintah, Presiden sebaiknya tidak ikut-ikutan mengomentari ultimatum Lino. Biarkan saja proses hukum berjalan apa adanya," sambung Bambang.

Ia menilai pernyataan Presiden berpotensi mempengaruhi proses hukum dugaan korupsi pengadaan mobil crane yang berlangsung di Kepolisian. Komentar atau pernyataan Presiden terhadap sebuah kasus yang berjalan, kata dia, dapat menimbulkan kebingungan di kalangan penegak hukum.

"Selain sulit dipahami, tak jarang komentar maupun pernyataan Presiden bisa disalahtafsirkan. Akibatnya, proses hukum itu menjadi tidak obyektif lagi," kata Bambang.

Sebelumnya, Sofyan mengakui bahwa transkrip rekaman yang beredar adalah pembicaraannya dengan Lino. Ia mengaku menelepon Lino karena merasa empati setelah Kepolisian menggeledah ruangan Dirut Pelindo II tersebut.

Bareskrim melakukan penggeledahan di kantor Pelindo II jumat pekan lalu. Penggeledahan itu terkait dugaan korupsi pengadaan mobil crane. Diduga, proses tendernya menyalahi prosedur karena menelan biaya hingga Rp 45 miliar.

Saat itu, Lino kaget ketika keluar dari sebuah ruangan lantaran melihat puluhan polisi di lantai VII, dekat ruangannya. Lino yang mengenakan kemeja putih berdiri terdiam beberapa menit melihat polisi yang tengah berkerumun di depan ruangan yang diketahui ruang rapat.

Kaget dengan apa yang terjadi dikantornya, Lino membuka pembicaraan via telepon yang saat itu disebutkan sebagai Sofyan Djalil. Kepada Sofyan, Lino mengancam akan mengundurkan diri karena tim Bareskrim Mabes Polri menggeledah kantornya. Ia meminta Sofyan memberitahukan kepada Presiden soal ancaman mundurnya tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com