Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Investasi Langsung di Semarang Merosot

Kompas.com - 03/09/2015, 19:41 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah yang loyo mulai berdampak pada merosotnya investasi di Kabupaten Semarang.

Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Valeanto Soekendro mengatakan, capaian nilai investasi sepanjang semester pertama tahun ini sebesar Rp 45,4 miliar. Nilai tersebut murni didapat dari 24 perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Namun memasuki semester kedua, belum ada realisasi dari sejumlah investor yang sebelumnya sudah merencanakan investasinya di Kabupaten Semarang. "Di semester I ada informasi perusahaan asing akan masuk ke sini. Namun hingga memasuki bulan ketiga semester kedua ini, tidak ada realisasinya," kata Soekendro, Kamis (3/9/2015) siang.

Jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada tahun-tahun sebelumnya, capaian tersebut tidak ada separuhnya. "Menurun cukup signifikan," ujarnya.

Tahun 2013 lalu, menurut Sukendro investasi yang masuk ke Kabupaten Semarang mencapai Rp 371,048 miliar, yang terdiri dari 6 Penanaman Modal Asing PMA Rp 93,24 miliar dan 446 PMDN sebesar Rp 277,808 miliar. Sementara di 2014, melonjak lebih besar menjadi sekitar Rp1,7 triliun, berasal dari modal 5 PMA (Rp181,6 miliar) dan 537 PMDN (sekitar Rp1,5 triliun).

"PMDN yang menanamkan modal itu mayoritas dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," katanya.

Kabid Penanaman Modal BPMPPTSP Ashadi menambahkan, merosotnya nilai rupiah yang terjadi saat ini sangat memengaruhi perusahaan padat karya yang mengandalkan bahan baku dari luar negeri. Sehingga ketika terjadi pembengkakan di ongkos produki, mereka tidak mampu lagi melakukan perluasan ataupun pengembangan usaha.

"Dengan situasi ekonomi seperti sekarang, perusahaan bisa bertahan, tidak gulung tikar, itu sudah bagus. Biasanya mereka melakukan pemangkasan biaya produksi guna menekan kerugian, diantaranya dengan mengurangi jumlah pekerja," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com