Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Ingin Kereta Berkecepatan Sedang

Kompas.com - 04/09/2015, 19:42 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah menolak proposal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang diajukan China dan Jepang. Alasannya, karena proposal dari kedua negara itu tidak sesuai dengan keinginan Indonesia yang hanya menginginkan kereta berkecepatan sedang untuk tujuan tersebut.

"Iya, iya (ditolak proposal China dan Jepang)," kata Sofyan, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (4/9/2015).

Sofyan menjelaskan, untuk rute Jakarta-Bandung, Pemerintah Indonesia menginginkan kereta berkecepatan sedang, bukan kereta cepat. Ada sejumlah alasan, di antaranya agar pembiayaan lebih murah, dan efektif.

Menurut Sofyan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sulit terealisasi karena masih ada masukan agar proyek tersebut disokong oleh APBN. Padahal, Presiden Joko Widodo meminta proyek itu dikerjakan oleh BUMN dengan pendekatan business to business, melibatkan swasta dan negara tidak akan turut membiayainya.

"Pemerintah ingin tidak ada dana pemerintah untuk subsidi atau mendukung (kereta) Jakarta-Bandung. Dana pemerintah yang ada untuk pembangunan (kereta) di luar Jawa," ujarnya.

Selain itu, kata Sofyan, kereta cepat tidak cocok untuk rute Jakarta-Bandung. Sebab, rute tersebut hanya sepanjang 160 kilometer dengan delapan stasiun sehingga kereta cepat tidak akan bisa mencapai kecepatan maksimalnya yang mencapai 350 kilometer per jam.

"Oleh sebab itu pemerintah berpikir yang (kecepatan) medium saja. Mungkin kecepatan 200-250 kilometer per jam. Lebih murah investasi, pemerintah tidak perlu keluarkan bantuan apapun," ucap Sofyan.

Selanjutnya, Sofyan mengungkapkan bahwa proyek kereta dengan kecepatan sedang jauh lebih murah sekitar 40 persen dibanding kereta cepat. Jika terwujud, peminatnya juga diprediksi akan lebih banyak karena tarifnya lebih murah tetapi jarak tempuh Jakarta-Bandung hanya sekitar 40 menit.

"Kalau kereta cepat itu dengan asumsi tarif paling sedikit katakanlah Rp 200.000. Memang kecepatannya cepat sekali, tapi tidak bisa optimum," tutur Sofyan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com