Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Banggar, Nusron Beberkan Anggaran Pemulangan dan Pemberdayaan TKI

Kompas.com - 08/09/2015, 16:56 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah di luar negeri dan pemberdayaan pascapemulangan menjadi agenda prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada 2016 nanti ada sekitar 40 ribu TKI yang harus dipulangkan diberdayakan.

Namun, program itu bisa jadi tidak maksimal karena memang sejauh ini anggarannya belum tertutupi dalam APBN. Karena itulah, Kepala BNP2TKI membeberkan hal tersebut dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR agar nanti ada anggaran tambahan dari APBN yang bisa dialokasikan untuk pemulangan TKI bermasalah dan program pemberdayaan.

"Dana yang belum tercover adalah dana yang dibutuhkan untuk pemulangan sekitar 40 ribu TKI bermasalah yang rencananya akan dilaksanakan tahun 2016. Dana tersebut akan digunakan untuk penanganan masalah TKI dan pemberdayaan," kata Nusron, dalam rapat dengan Banggar DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Nusron menjelaskan, untuk program tersebut meliputi tiga hal yakni pemulangan, penanganan psikologis dan pemberdayaan TKI Purna. Untuk program pemberdayaan antara lain dengan pelatihan sesuai minat seperti program kuliner, pariwisata, dan juga ekonomi kreatif.

Selain terkait dengan program pemulangan TKI bermasalah dan pemberdayaannya, dalam kesempatan tersebut Nusron juga menyampaikan, bahwa BNP2TKI memiliki empat program untuk anggaran 2016. Program pertama untuk di bidang Kerjasama Luar Negeri dan Promosi adalah meningkatnya pemanfaatan Jobsinfo BNP2TKI dalam alur proses penempatan.

Kedua, untuk Bidang Penempatan adalah meningkatnya penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (TKLN) memenuhi syarat kerja dan prosedur berbasis sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri (P2TKI). Ketiga, untuk Bidan Perlindungan adalah meningkatnya perlindungan sejak pra, selama, sampai dengan pemulangan dan meningkatnya TKI purna yang berwirausaha.

"Dan program keempat, untuk di Bidang Kelembagaan adalah pelayanan terpadu, profesional dan bertanggung jawab serta pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel dan citra terbaik lembaga BNP2TKI," ujarnya.

Dalam rapat dengan Banggar DPR itu hadir juga para menteri di bawah koordinasi Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun 2016. Hadir dalam raker tersebut adalah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani; Menteri Sosial, Khofifah Indah Parawansa; Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar; Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly; Menteri Kesehatan, Nila Moeloek; Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, M Nasir; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise; Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Kepala Badan Nasional Penanggungan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei.

Ketua Banggar DPR selaku pimpinan rapat mengatakan, proses penyusunan APBN harus merujuk pada visi misi Presiden Jokowi yang tertuang dalam RPJMN dan memiiliki arahan yang jelas seperti yang tercantum dalam Nawacita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com