Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadin Minta Pemerintah Turunkan Tarif Listrik dan Harga BBM

Kompas.com - 12/09/2015, 16:43 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menganalogikan situasi pengusaha saat ini sudah hampir tenggelam. Pasalnya, penurunan permintaan dan mahalnya biaya produksi yang terjadi saat ini membuat perusahaan harus memangkas 30 persen produksinya.

Menurut Wakil Ketua Kadin Suryani SF Motik, untuk menolong para pengusaha itu dibutuhkan peran besar pemerintah dalam bentuk pemberian berbagai insentif. Salah satunya yaitu penurunan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Karena harga minyak dunia sudah turun ini sudah waktunya bagi pemerintah untuk menurunkan biaya listrik per kWh nya. Kalau kita bandingkan misalnya dengan di Vietnam, di sana tuh 6 sen. Kita 10 sen. Kita kan mau bersaing," ujar Suryani di Jakarta, Sabtu (12/9/2015).

Sementara terkait BBM, Kadin juga menilai saat ini waktu yang tepat bagi pemerintah menurunkan harga BBM. Pasalnya, harga minyak dunia saat ini sedang mengalami tren penurunan yang cukup tajam dibandingkan beberapa tahun lalu. (baca juga: Goldman Sachs: Harga Minyak Mentah Bisa Anjlok ke 20 Dollar AS)

"BBM juga harus turun, karena industri yang padat karya pada umumnya juga padat penggunaan listriknya. Sepatu, tekstil. Itu penggunaan listriknya luar biasa," kata dia.

Dia mengatakan, saat ini para pengusaha sudah mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada para karyawannya. Hal itu dilakukan karena produksi sengaja diturunkan karena biayanya yang sangat besar. (baca juga: "Ada Potensi PHK 100.000 Tenaga Kerja")

Menurut Suryani, pengusaha sebenarnya tidak ingin melakukan PHK kepada karyawannya karena memiliki konsekuensi pengeluaran berupa uang pesangon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com