Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miniatur Menembus Ekspor

Kompas.com - 12/09/2015, 22:50 WIB

Kami khusus membuat barang ukuran mini, tentu butuh kayu yang keras, tidak mudah patah ketika dibentuk sekecil apa pun dan teksturnya menarik. Dua hal itu saya temukan di kayu sonokeling, kayu yang mudah didapat di daerah Klaten dan sekitarnya," kata Widodo ketika ditemui di tempat usaha kerajinannya di bangunan sekolah dasar inpres yang sudah tidak terpakai lagi di Brangkal.

Kayu sonokeling memiliki ciri daging kayu keras, tekstur khas, dan seratnya bergaris-garis membentuk alur sehingga menambah keunikan kerajinan miniatur produk Shely Handicratf. Sejak 1997, sebagai perajin, Widodo sudah menghasilkan ratusan lebih barang kerajinan berbagai model, mulai dari mobil ontran, sepeda motor, becak, sampai alat rumah tangga.

Barang kerajinan yang paling laris adalah miniatur mobil Volkswagen (VW), mobil klasik seperti Morris Mini, mobil Buick 8, kendaraan Presiden Soekarno, motor Harley Davidson, pesawat terbang, kereta api, alat transportasi tradisional, dan kapal mini. Di bekas ruang guru yang sudah disulap menjadi ruang pamer, sebagian kerajinan unggulan produknya dipajang.

Bagi masyarakat di Desa Brangkal, Widodo merupakan perajin miniatur yang diakui mampu berkembang. Sebelumnya beberapa perajin sejenis ada, tetapi mereka tidak bertahan lama.

Widodo tidak hanya mampu mengekspor produknya, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga desa sekaligus memberi pendapatan desa. Dengan memanfaatkan bangunan sekolah itu secara kontrak, Widodo membantu kas desanya Rp 7 juta.

Bapak empat anak ini mengaku tak memiliki latar belakang pendidikan seni. Lulusan Sekolah Pendidikan Agama (PGA) pada 1986/1987 ini memilih jalur kewirausahaan. Seusai wajib mengajar setelah lulus PGA, Widodo nyasar ke Semarang pada 1988-1989 menjadi sopir angkot pinjaman dari pamannya.

Setelah dua tahun, Widodo memilih bekerja di Arab Saudi. Hanya bertahan enam tahun, dia kembali ke Desa Brangkal. Widodo lalu mulai menekuni kerajinan ukir, terutama membuat benda-benda miniatur.

"Saya memulai usaha dengan modal tabungan Rp 5 juta. Saya belanjakan semua untuk membeli peralatan ukir komplet di Yogyakarta. Secara otodidak, saya belajar membuat kerajinan miniatur dibantu 2-3 pekerja yang masih saudara di kampung," kata Widodo. Dia juga dibantu Shely, putri pertamanya.

Berkah Prambanan dan Bali

Widodo menggunakan halaman bagian belakang rumahnya sebagai bengkel awal usaha. Kala itu, hasil kerajinan banyak ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Candi Prambanan dan sekitarnya. Produknya digemari wisatawan, terutama miniatur kendaraan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com