Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jahe, Senjata Pak Kades Melawan Tengkulak

Kompas.com - 14/09/2015, 18:21 WIB

KOMPAS.com - Gurat kegusaran tak ada lagi di wajah Ali Akbar. Padahal, saat mendapat kesempatan berbicara langsung dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi (Menteri Desa) Marwan Jafar di Ruang Pola Kantor Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan pada Sabtu (12/9/2015) malam, pria bertubuh besar itu memaparkan keprihatinannya ihwal harga jahe yang susut drastis. "Saya heran sekali harga jahe turun," kata Kepala Desa Baji Pamai, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan ini sembari menggelengkan kepala.

Jahe adalah tanaman pertanian unggulan Desa Baji Pamai. Di desa tersebut, ada sekitar 100 hektar lahan jahe. Menurut Ali Akbar yang karib dipanggil "Pak Kades" itu, harga bibit jahe per kilogram saat ini menyentuh angka Rp 15.000 per kilogram. Tapi, saat panen, jahe segar cuma berbanderol Rp 3.000 per kilogram. "Saya duga, ada tengkulak yang bermain harga," bisiknya kepada Kompas.com.

Jahe, imbuh Pak Kades, juga menjadi salah satu tumpuan harapan 1.380 warga Desa Baji Pamai. "Hampir 50 persen warga kami menanam jahe," imbuh pria yang lahir di desa tersebut 46 tahun silam.

Lantaran itulah, Pak Kades mengaku memutar otak untuk menghadapi para tengkulak yang ditengarai menjadi biang keladi anjloknya harga jahe. Untuk yang satu ini, Ali Akbar, bapak dua anak itu, memilih mengikuti saran Menteri Marwan Jafar. Dalam kesempatan itu, Marwan memberi saran agar warga Desa Baji Pamai membuat Badan Usaha Milik (BUM) Desa. "Sebetulnya kami sudah punya," tutur Pak Kades.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com