Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nusron Wahid Tantang Kesiapan Mahasiswa Unisma Hadapi MEA

Kompas.com - 16/09/2015, 09:50 WIB
Latief

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) BNP2TKI Nusron Wahid menantang para mahasiswa di Kampus Universitas Islam Malang untuk memiliki sekurang-kurangnya tiga hal pokok agar mampu membayar ‘utang’ kepada bangsa dan negara, serta supaya siap menghadapi realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai berlaku akhir 2015.

Ketiga hal pokok itu adalah peningkatan kapasitas diri yang siap menghadapi kompetisi, berperilaku tidak konsumtif dan melakukan gerakan meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mandiri. Demikian disampaikan Nusron Wahid di depan sekitar 1.800 mahasiswa dalam acara orientasi kehidupan kampus mahasiswa baru, di Kampus Universitas Islam Malang (UNISMA), di Malang Selasa, (15/9/2015).

Acara tersebut juga dihadiri Rektor UNISMA Prof. Dr. H.Maskuri M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi UNISMA Nur Diana SE.M.Si  serta civitas academica lainnya. Kepada para mahasiswa yang antusias mendengarkan ceramahnya, Nusron Wahid mengatakan, bahwa tidak semua warganegara Indonesia bisa menjadi mahasiswa.

"Saudara-saudara adalah orang-orang terpilih yang merupakan bagian dari masyarakat terdidik. Saudara adalah andalan bagi kebangkitan bangsa Indonesia. Tapi, sadarkah bahwa biaya kuliah yang saudara bayar sesungguhnya tidak mencukupi. Manajemen universitas mengatasi defisit tersebut dengan memperoleh bantuan pemerintah yang antara lain bersumber dari pajak dan sumbangan dari masyarakat seperti wakaf ataupun bentuk bantuannya lainnya," kata Nusron.

Jadi, lanjut Nusron, para mahasiswa harus membayar "utang" itu kepada bangsa dan negara. Soal caranya, Nusron mengajak para mahasiswa menjadi insan yang turut memecahkan masalah bangsa, bukan malah menjadi beban bangsa.

"Jangan mau terima Bantuan Langsung Tunai (BLT), raskin atau membeli bensin yang murah demi mengurangi beban negara. Jangan mau membeli barang-barang impor, karena pada akhirnya turut berperan melemahkan nilai tukar rupiah. Jangan makan di restoran-restoran franchise asing, sebab sebagian labanya dikirim ke luar negeri," katanya.

"Kalau Anda belanja Rp 10.000, berarti mensubsidi negara asal restoran tersebut sebesar Rp 800," ujar Nusron disambut tepuk tangan dan yel-yel.

Dengan demikian, lanjut dia, mahasiswa harus memiliki sikap kemandirian. Mahasiswa harus mampu menahan diri dalam mengkonsumsi barang-barang impor dan menjadi agen perubahan guna menghasilkan produk pangan dan barang dalam negeri.

"Akhirnya, mesti memiliki kapasitas diri yang mencukupi untuk melakukan atau menghadapi perubahan," jelasnya.

Menghadapi MEA

Terkait dengan MEA, Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengatakan bahwa KTT Asean ke-12 di Cebu, Fiipina, menyepakati perubahan kawasan ASEAN menjadi wilayah yang bebas terhadap pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan aliran modal lainnya pada akhir 2015 nanti. Pemberlakuan MEA, lanjut dia, memberi peluang sekaligus tantangan.

"Berkat tiada hambatan, ekspor berpeluang meningkat namun impor pun bisa bertambah. Terbuka kesempatan bagi kalian semua bekerja di negara-negara anggota Asean lainnya, namun pada saat yang bersamaan dokter-dokter Singapura, pengacara Malaysia bisa bekerja di Indonesia," katanya.

Untuk itulah, Nusron mengajak mahasiswa agar dalam menghadapi MEA harus dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan memiliki kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik, maka Indonesia akan menang dalam persaingan dengan negara anggota Asean lainnya.

"Sejarah menunjukkan keberhasilan suatu bangsa sangat tergantung kepada kaum intelektual terdidik. Perubahan di muka bumi sangat tergantung kepada peduli atau tidak peduli masyarakat terdidik itu. Indonesia merdeka awalnya disebabkan peranan elit terdidik yang menempuh pendidikan di Indonesia maupun Belanda. Kini, saudaralah penerusnya," kata Nusron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com