Dalam sebuah onair talkshow, Rabu malam (16/9/2015) Faisal mengatakan, dari ketiga paket yang dikeluarkan, tidak ada upaya taktis untuk menguatkan rupiah dan menipiskan defisit neraca transaksi berjalan (CAD). Pertama, Faisal menjelaskan sumber CAD itu datang dari repratriasi keuntungan perusahaan asing sekitar 18 miliar dollar AS per tahun.
Dia berharap pemerintah bisa "merayu" perusahaan asing untuk menahan repatriasi setidaknya setengahnya, dengan menawarkan "gula-gula".
Kedua, neraca perdagangan non-migas terbesar Indonesia dengan China tidak memanfaatkan fasilitas billateral swap agreement. "Ada fasilitas Rp 75 triliun yang bisa dipakai, tapi penggunaannya baru 2 persen," kata Faisal.
Pemerintah perlu mensosialisasikan fasilitas tersebut untuk perdagangan dengan China. "Itu kan bisa mengurangi demand terhadap dollar AS. Tapi dua-duanya tidak ada di kebijakan itu," ucap Faisal.
Dia pun mengatakan, paket kebijakan diharapkan segera dikeluarkan dalam dua bulan ke depan. "Karena memang banyak ada ratusan. Jadi harap sabar. Tapi, rupiah kan enggak pernah sabar," kata mantan ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.