Pasalnya, saran pembangunan pipa gas sebagaimana yang disarankan oleh Rizal Ramli belum sama sekali dikaji.
"Secepatnyalah (pengkajian pembangunan pipa gas). Kalau (pembangunan) floating (terminal gas di tengah laut) kan sudah selesai, yang pipa kan mesti dikaji lagi. Perlu waktu. konsekuensinya seperti itu. Perlu waktu tambahan," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto, Senin (21/9/2015).
Menurut dia, kajian pembangunan floating sudah dilakukan oleh Inpex Masela Ltd sebagai operator Blok Masela. Berdasarkan kajian itu, pembangunan floating lebih murah ketimbang pembangunan pipa gas dan pengolahan gas di darat.
"Kami belum kaji (pembangunan pipa gas), ini kan baru dia (Inpex). Makanya infonya ada yang bilang ini lebih murah dan ini lebih mahal, makanya perintahnya disuruh dikaji mana yang lebih benar," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli meminta Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) mengkaji ulang rencana pengembangan Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, di Laut Arafuru, Maluku.
Menurut dia, pembangunan pipa gas dari Blok Masela sepanjang 600 kilometer akan lebih menguntungkan daripada membangun terminal gas alam cair terapung (floating) di tengah laut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.