Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Pembakaran Liar, Daya Beli Petani Perkebunan Turun

Kompas.com - 01/10/2015, 23:19 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari lima subsektor pertanian, petani perkebunan rakyat adalah satu-satunya yang mengalami penurunan daya beli pada September 2015 dibanding sebulan sebelumnya (mtm).

Penurunan daya beli tersebut tecermin dari penurunan nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat yang turun 0,44 persen.

Kepala BPS Suryamin memaparkan, pada bulan September 2015 NTP perkebunan rakyat yakni 96,26, turun dibandingkan periode bulan Agustus 2015 yang di level 96,68. Penurunan NTP perkebunan rakyat ditengarai akibat terjadinya pembakaran liar.

“Provinsi yang menghasilkan kelapa sawit, karet saat ini harga dunia sedang turun. Dan sekarang ditambah produksi terganggu, akibat pembakaran liar,” kata Suryamin di Jakarta, Kamis (1/10/2015).

NTP perkebunan rakyat yang turun 0,44 persen disebabkan penurunan indeks terima sebesar 0,39 persen, sementara indeks beli petani naik 0,04 persen. Penurunan indeks terima disebabkan penurunan indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditi kelapa sawit dan karet, dari 116,23 menjadi 115,77.

Di sisi lain, kenaikan indeks beli lantaran indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) yang naik 0,01 persen, dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.

Penurunan NTP perkebunan rakyat tersebut menjadi ironi di tengah kenaikan NTP empat subsektor lain yakni NTP tanaman pangan (2,51 persen), NTP hortikultura (0,20 persen), NTP peternakan (1,26 persen), serta NTP perikanan (0,07 persen).

Suryamin pun meminta agar pemerintah segera mengantisipasi. Sebab, dia bilang, tak bisa dielakan lagi bahwa komoditas perkebunan tersebut menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat. “Jadi, pemerintah harus menghentikan (pembakaran liar),” kata Suryamin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com