Penurunan daya beli tersebut tecermin dari penurunan nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat yang turun 0,44 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pada bulan September 2015 NTP perkebunan rakyat yakni 96,26, turun dibandingkan periode bulan Agustus 2015 yang di level 96,68. Penurunan NTP perkebunan rakyat ditengarai akibat terjadinya pembakaran liar.
“Provinsi yang menghasilkan kelapa sawit, karet saat ini harga dunia sedang turun. Dan sekarang ditambah produksi terganggu, akibat pembakaran liar,” kata Suryamin di Jakarta, Kamis (1/10/2015).
NTP perkebunan rakyat yang turun 0,44 persen disebabkan penurunan indeks terima sebesar 0,39 persen, sementara indeks beli petani naik 0,04 persen. Penurunan indeks terima disebabkan penurunan indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditi kelapa sawit dan karet, dari 116,23 menjadi 115,77.
Di sisi lain, kenaikan indeks beli lantaran indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) yang naik 0,01 persen, dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.
Penurunan NTP perkebunan rakyat tersebut menjadi ironi di tengah kenaikan NTP empat subsektor lain yakni NTP tanaman pangan (2,51 persen), NTP hortikultura (0,20 persen), NTP peternakan (1,26 persen), serta NTP perikanan (0,07 persen).
Suryamin pun meminta agar pemerintah segera mengantisipasi. Sebab, dia bilang, tak bisa dielakan lagi bahwa komoditas perkebunan tersebut menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat. “Jadi, pemerintah harus menghentikan (pembakaran liar),” kata Suryamin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.