Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paket Ekonomi Jilid III Disiapkan untuk Genjot Penyerapan Tenaga Kerja

Kompas.com - 03/10/2015, 06:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menyatakan, instrumen dalam paket kebijakan ekonomi jilid III diarahkan untuk mendorong dunia usaha agar meningkatkan secara signifikan penyerapan tenaga kerja. Sehingga, ini akan berimbas positif bagi daya beli masyarakat.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, dua dari empat bidang dalam paket jilid III adalah, pertama, kredit modal kerja bagi perusahaan yang berkomitmen tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja. Kedua, adalah kredit ekspor yang diprioritaskan bagi perusahaan yang banyak mengembangkan industri padat karya.

"Yang diutamakan untuk pembiayaan ekspor ini, paling penting dari padat karyanya. Kemudian Unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah," ujar Bambang di Jakarta, Jumat (2/10/2015).

Menurut Bambang, pemerintah melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan memberikan subsidi bunga untuk menyalurkan kredit ekspor dan kredit modal kerja (KMK) tersebut. Sumber dana instrumen itu akan berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada LPEI yang dianggarkan sebesar Rp1 triliun pada 2015 ini.

Dengan adanya subsidi bunga tersebut, bunga yang dibebankan LPEI kepada dunia usaha sebagai debitur akan jauh lebih rendah dibanding bunga di perbankan. Namun, pelaku usaha yang ingin mendapatkan kredit ekspor dengan bunga rendah itu harus memperlihatkan kinerja ekspor yang baik, terutama dari sektor padat karya.

Sedangkan, syarat untuk memperoleh kredit modal kerja dengan bunga rendah itu, kata Bambang, pelaku usaha tidak boleh melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Perusahaan yang sudah melakukan PHK bisa saja mendapatkan kredit modal kerja ini, asalkan dia membuka kembali kesempatan kerja bagi karyawan yang sudah di-PHK.

"Kalau dia (perusahaan) bisa menjamin orang yang di-PHK bisa ditarik lagi, mungkin saja bisa," ujar Menkeu.

Penurunan tingkat pengangguran dengan membuka kesempatan kerja memang merupakan salah satu indikator yang memang sedang dikejar pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pemerintah menargetkan tingkat pengangguran dapat ditekan ke 5,6 persen pada 2015, dan 5,2 - 5,5 persen pada 2016, meskipun pada Februari lalu, Badan Pusat Statistik sempat memaparkan terjadi peningkatan angka pengangguran.

Dalam paket jilid III, selain dua bidang tadi, pemerintah juga akan meluncurkan kebijakan lain yang menyasar dua fokus, yakni peningkatan investasi, dan pemulihan daya beli masyarakat. Ketika disinggung, apakah penurunan harga Bahan Bakar Minyak akan menjadi instrumen lain untuk memperbaiki daya beli, Bambang mengatakan, pemerintah masih mengkaji hal itu.

Direktur Eksekutif LPEI Ngalim Sawega menambahkan, selain industri padat karya, pihaknya juga akan mengutamakan pemberian kredit ekspor bagi perusahaan yang mampu membuka pasar dan komoditas ekspor baru. Selain itu, sektor usaha pendukung ekspor pun akan menjadi target LPEI.

"Misalkan ekspor CPO. Yang terkait dengan CPO seperti alat berat untuk bahan bakar, kebun sawit, dan lain-lain bisa dapat juga," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com