Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin dan Kutukan Pencitraan

Kompas.com - 05/10/2015, 06:07 WIB
Jazak Yus Afriansyah
@jazakYA

KOMPAS.com - “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” demikian pesan bijak penuh makna yang disampaikan sekitar 1400 tahun yang lalu oleh Nabi Muhammad SAW,  yang ditasbihkan oleh Michael H. Hart dalam salah Best Seller Book sebagai Tokoh yang paling berpengaruh sepanjang masa No 1 didunia.

Pesan yang agung tersebut saat ini menjadi 1 diantara dasar-dasar atau prinsip pengembangan manajemen sumber daya manusia modern yaitu “right man in the right place” yang artinya menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat.

Tepat yang dimaksud disini bahwa orang tersebut terbukti secara sahih memiliki kecakapan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan penuh amanah.

Lantas bagaimana jika orang tersebut sebenarnya belum atau tidak cakap, namun dicitrakan atau dipoles sedemikian rupa sehingga tampak sebagai orang yang ahli dan cakap?

Tentu jika mengacu kepada pesan bijak di atas, maka inilah awal dari sebuah kehancuran masif yang akan terjadi pada sebuah organisasi atau korporasi. Fakta ilmiah tak terbantahkan mengatakan bahwa maju mundurnya sebuah korporasi, sukses atau gagalnya sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan.

Tidak ada kejahatan yang sempurna
Maka jika sang pemimpin yang ditunjuk ternyata hanya berdasarkan penilaian atas pencitraan yang luar biasa hebat, hanya masalah waktu kedok siapa sebenarnya sang pemimpin itu akan terungkap seiring dengan semakin hancurnya sebuah organisasi.

Inilah yang dimaksud dengan Kutukan Pencitraan, yaitu pencitraan akan menghancurkan cita-cita, visi dan misi sebuah organisasi, karena alih-alih visi atau business goals itu tercapai, bahkan hal-hal sepele yang seharusnya dilakukan oleh sang pemimpin tidak terjadi, karena memang dia tidak mampu melaksanakannya!

Apa yang terjadi pada kasus yang menimpa perusahaan otomotif sekelas XX Group, yang akhir-akhir ini menyedot perhatian publik dunia, adalah contoh nyata bahwa ketika pencitraan dijadikan acuan bahkan tujuan maka tunggulah kutukan dan kehancurannya.

Sebagaimana prinsip bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna, maka setiap kejahatan yang dibungkus dengan pencitraan, akhirnya terkuak juga jejaknya, inilah musibah terbesar yang sedang dihadapi oleh XX Group sepanjang masa berdirinya perusahaan itu.

Adang kutukan itu sekarang!
Agar Kutukan Pencitraan tidak terjadi dan leluasa menghancurkan organisasi dan bisnis Anda, maka berikut kami sajikan beberapa langkah sederhana untuk mengadang laju Kutukan Pencitraan itu.
- Buat mekanisme Check and Balance yang permanen dan dinamis serta mudah diakses oleh semua pemangku kepentingan didalam organisasi.
- Kembangkan sistim Apresiasi dan Koreksi yang komprehensif dan berlaku pada semua tingkatan didalam organisasi atau korporasi.
- Libatkan publik atau khalayak awam untuk memberikan feedback serta masukan yang objektif dan konstruktif, biasanya pelanggan dan pemasok adalah pihak yang paling tepat untuk dilibatkan.
- Lakukan monitoring kinerja korporasi secara terus menerus, khususnya aspek strategis yang sangat berdampak pada kelangsungan hidup bisnis korporasi anda.
- Perbaiki mekanisme serta sistim perekrutan, khususnya untuk posisi puncak dan strategis, hilangkan semua peluang yang memungkinkan pertemanan menjadi dasar perekrutan, jadikan hanya kompetensi dan Komitmen yang menjadi dasar pengambilan keputusan.

Jika ternyata pencitraan sudah terlanjur terjadi kepada sang pemimpin, atau anggaplah organisasi melakukan kekhilafan merekrut sang pemimpin karena tertipu oleh pencitraannya, maka inilah yang bisa dilakukan.
- Kuatkan peran otonom masing-masing departemen atau divisi untuk mengambil segala keputusan yang diperlukan guna menyelamatkan kinerja masing-masing departemen atau divisi.
- Kurangi secara signifikan dan bertahap semua wewenang yang melekat kepada sang pemimpin, dan secara paralel distribusikan wewenang tersebut kepada masing-masing kepala atau pimpinan departemen atau divisi.
- Segera cari pengganti sang pemimpin dengan juga mengganti sistim atau proses perekrutan yang menyebabkan kita tertipu oleh pencitraan.
- Jangan lupa selalu berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar kita terhindar dari azab yang sangat pedih, yaitu dipimpin oleh orang yang tidak ahli tapi mengaku ahli.

Berbagai macam bauran ikhtiar di atas, kiranya bisa kita pertimbangkan dan lakukan mulai dari sekarang agar saya dan anda terhindar dari Kutukan Pencitraan yang sangat dahsyat menghancurkan harapan.
Selamat Berbisnis dan Sukses Selalu untuk Anda!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com