Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BUMI "Private Placement" 32,5 Persen Saham

Kompas.com - 05/10/2015, 12:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali melakukan aksi demi memuluskan jalan berkelit dari gagal bayar (default). Produsen batubara milik Grup Bakrie ini akan mengubah sebagian besar utangnya menjadi saham.

Dalam salah satu skema restrukturisasi baru yang diajukan kepada kreditor, BUMI akan menambah saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) sebesar 32,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham baru itu akan ditukar dengan utang BUMI senilai 1,9 miliar dollar AS.

Direktur Keuangan BUMI Andrew Christopher Beckham mengatakan, harga saham baru tersebut sekitar Rp 1.100 per saham. Nilai itu jauh di atas harga saham BUMI saat ini yang belum berkutik dari angka Rp 50 per saham. "Harga saham baru itu berdasarkan valuasi BUMI saat ini," ujar Andrew, akhir pekan lalu.

Menurut dia, nilai valuasi BUMI saat ini mencapai 4,6 miliar dollar AS.

Yang perlu diwaspadai, aksi korporasi ini menimbulkan efek dilusi yang cukup besar bagi para pemegang saham, termasuk investor publik. Sebab, harga saham private placement itu mencapai 22 kali dari harga saat ini.

Saat ini, Longhaul Holdings Ltd melalui Credit Suisse menguasai 23,15 persen saham BUMI. PT Damar Reka Energi menguasai sekitar 6,28 persen. Publik menguasai 70,57 persen saham BUMI. "Kepemilikan semua pemegang saham akan terdilusi. Namun, manfaat private placement ini akan bagus dalam jangka panjang," papar Andrew.

Karena harga saham yang diusulkan cukup tinggi dan efek dilusi besar, BUMI harus mendapatkan restu melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) lebih dahulu. Andrew optimistis, kreditor bisa menyepakati usulan restrukturisasi ini.

Jika berjalan lancar, maka BUMI akan meminta persetujuan pemegang saham pada Desember mendatang. Lebih jauh, proses restrukturisasi ini bisa dieksekusi pada Januari tahun depan.

Utang senilai 1,9 miliar dollar AS yang akan dikonversi itu sebagian besar berasal dari utang China Investment Corporation (CIC) dan China Development Bank Corporation (CDB). Selain itu, ada pula sebagian surat utang senior BUMI dan pinjaman dari Castleford yang akan diubah menjadi saham.

Senilai 1,2 miliar persen atau 42,3 persen dari pokok utang tetap menjadi utang di BUMI dalam bentuk Fasilitas Bergaransi Senior Baru. Fasilitas ini terbagi menjadi dua trance, masing-masing senilai 600 juta persen dengan bunga 6 persen per tahun dan 9 persen per tahun. Kedua fasilitas ini bertenor lima tahun.

Dampak ke publik

David N Sutyanto, analis First Asia Capital, mengatakan, aksi korporasi ini kemungkinan bisa mendapatkan persetujuan para kreditor. Pasalnya, saat ini, kreditor dibatasi dengan pilihan yang terbatas.

Jika BUMI default, maka utang yang jumbo ini akan menyebabkan kenaikan kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) ke bank pemberi pinjaman. "Tentu saja, kreditor tidak mau NPL-nya naik sehingga, mau tidak mau, kreditor harus menyetujui. BUMI malah memiliki posisi tawar yang tinggi," ujarnya.

Namun, dengan harga konversi yang sangat premium, ada kemungkinan proses ini tidak akan berjalan mulus begitu saja. "Pasti akan ada negosiasi dari kreditor," imbuhnya.

Ia menilai, aksi korporasi ini bisa merugikan investor publik, mengingat hal tersebut menimbulkan efek dilusi yang besar. Utang BUMI yang sebesar 3,9 miliar dollar AS memang bisa menyusut seusai restrukturisasi ini. Ujungnya, debt to equity ratio (DER) perseroan bisa turun.

Namun, David mengatakan, proses konversi utang menjadi saham tidak bisa menjadi jaminan bahwa fundamental BUMI akan lebih baik.

Meski ia memberikan rekomendasi untuk mulai mencermati saham sektor pertambangan, David tetap menyarankan agar investor menjauhi saham BUMI. (Narita Indrastiti)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com