Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebuah Harapan Baru buat Rupiah

Kompas.com - 09/10/2015, 07:41 WIB
Oleh : Apressyanti Senthaury

KOMPAS.com - Senang, gembira dan sudah pasti memicu optimisme baru memperhatikan posisi rupiah (IDR) saat ini. Bagaimana tidak, mata uang negara Indonesia itu berhasil bergerak menguat di kisaran 13.000-an lagi. Indikasi pergerakan valuta IDR kembali ke koridornya pun nampak semakin nyata di tengah kemelut kondisi eksternal. Terutama terkait meredupnya kepastian kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika, menyusul masih rapuhnya situasi perekonomian Negeri Paman Sam itu.   

Level rupiah memang sempat mencapai range tertinggi di akhir September lalu, yakni Rp. 14.963 per dollar AS pada 25 September 2015). Namun, kini laksana teredakan dengan kembalinya sinyal penguatan mata uang garuda. Semangat bangkitnya ekonomi domestik pun bagaikan tersulut kembali di tengah peluncuran paket ekonomi jilid III oleh pemerintahan pimpinan Presiden Joko Widodo.  

Kendati demikian, pernah tercapainya posisi terlemah IDR di tahun 2015 seharusnya tetap menjadi titik kewaspadaan investor. Bahkan, rona situasi mengkhawatirkan serta kecemasan terpuruknya Indonesia ke jurang krisis yang pernah dialami sebelum era tahun 2000 lalu bagaikan melenyapkan keceriaan tahun kambing kayu. Terlebih berlakunya perdagangan bebas dunia memicu bermacam hal yang dapat berpengaruh pada ekonomi dalam negeri. Tidak hanya Amerika Serikat, tapi juga China misalnya.

Beragam pendapat pro kontra pun acapkali mengemuka atas pelemahan rupiah yang sempat mendekati level lemah 15.000-an. Berbagai tundingan pun menyeruak ke permukaan. Satu sama lain saling menyalahkan. Beban pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo pun tak pelak terindikasi ikut kena imbas negatifnya.
 
Mengamati pergerakan rupiah, ada banyak faktor di dalam negeri yang bakal terpengaruh akibat pelemahan mata uang RI atas dollar AS (USD) yang posisinya sebagai valuta internasional. Satu diantaranya yang paling memprihatinkan adalah terkait masalah impor.

Semakin terdepresiasinya IDR terhadap USD bakal membuat kian beratnya beban pemerintah atas pembiayaan produk-produk impor. Terlebih dengan cukup tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia akan barang-barang produksi dari luar negeri. Mulai dari buah-buahan, seperti apel, anggur, jeruk dan pir misalnya, hingga ke alat-alat dan permesinan.  
 
Lebih jauh lagi, terus melemahnya rupiah mengindikasikan rendahnya posisi valuta garuda di mata investor. Hal ini bisa memunculkan persepsi negatif, meski lonjakan ekspor yang kuat berpotensi mendongkrak posisi IDR kembali di kancah perdagangan internasional.

Masalahnya, mampukah Indonesia meningkatkan produktivitas ekspornya di tengah kelesuan yang melanda ekonomi global. Belum lagi berbagai pembenahan sektoral yang masih dijalankan oleh pemerintahan yang baru berjalan setahun ini. Sehingga sungguhlah wajar apabila kompleksnya permasalahan eksternal menjadi sandungan yang berarti bagi pimpinan pilihan rakyat itu. Walau, pendeknya rentang waktu pemerintahan baru belumlah bisa menjadi bukti penentu atas rendahnya kinerja pemerintahan yang didukung oleh partai-partai besar Indonesia itu.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com