Kondisi tersebut menyebabkan para investor melakukan aksi jual mata uang emerging market dan beralih untuk memegang dollar AS karena pelaku pasar khawatir terhadap perekonomian China serta dampat yang ditimbulkannya.
Sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (13/10/2015), hal ini membuat dollar AS naik di atas 1 persen terhadap rupiah dan ringgit Malaysia.
Pasar global terus melemah pada in Agustus setelah China mendevaluasi yuan yang menyebabkan pertanyaan seputar perekonomian China. Selain itu, para pelaku pasar juga terus memantau rencana Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga acuannya.
Ketika mata uang emerging market melemah pada perdagangan pekan lalu, rupiah dan ringgit justru menunjukkan otornya dan berkinerja cukup baik. Namun, data impor China kembali menenggelamkan performa positif dua mata uang ini.