Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darmin: Volume Impor Beras dari Vietnam dan Thailand Masih Jauh dari Harapan

Kompas.com - 13/10/2015, 23:13 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan kesepakatan impor beras dari Vietnam dan Thailand, dalam rapat Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Jakarta, Selasa (13/10/2015). Darmin menjelaskan, keputusan untuk mengimpor beras lantaran dampak El Nino akan mengganggu produksi beras.

Di sisi lain, stok Perum Bulog makin tiris. Ketersediaan beras di gudang Bulog, kata Darmin tidak sampai 1,7 juta ton. Sebanyak 900.000 ton diantaranya merupakan stok beras komersial dengan jenis premium.

“Untuk medium sedikit sekali. Padahal kita masih punya dua bulan tambahan beras sejahtera 13-14. Kalau ini dikeluarkan, sementara bulan ini musim panen terakhir, habis, kita harus tunggu (panen) bulan Maret tahun depan,” ujar Darmin.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu pun dengan sangat hati-hati menjelaskan kepada parlemen, pilihan impor adalah yang terbaik. Sebab, menurut Darmin, pemerintah tidak mau bertaruh dengan nasib rakyat banyak, yang merupakan sasaran penerima beras sejahtera.

Pemerintah pun telah berbicara dengan Vietnam dan Thailand. Namun, keputusan impor sudah didahului oleh China. yang membuat kesepakatan impor beras dari Vietnam. “Sehingga yang bisa kita komit, jauh di bawah yang kita harapkan,” kata dia.

Ditemui usai rapat, Darmin menuturkan, komitmen pasokan beras dari dua negara tetangga itu masih di bawah 1 juta ton.

Sebagaimana diketahui, usai pemberitaan yang rilis di laman media Vietnam, The Saigon Times, belum ada pejabat pemerintah yang mau buka suara terkait kesepakatan impor beras. Padahal, keterbukaan mengenai impor beras menjadi penting lantaran pasar beras masih bersifat oligopoli dan rentan permainan spekulan.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, pemerintah sebaiknya perlu mengumumkan dengan terbuka keputusan impor beras. Sebab, selama ini tata niaga beras masih didominasi sistem pasar oligopoli dan sarat permainan kartel atau para spekulan.

“Begitu dia (spekulan) melihat pemerintah tidak punya cadangan, ya dia seenaknya (membentuk harga),” kata Enny kepada Kompas.com, Minggu (11/9/2015). (baca: Spekulan Menanti Sinyal Impor Beras dari Pemerintah?)

Pejabat pemerintah baru mau buka suara setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla membenarkan adanya rencana pemerintah mengimpor beras dari Vietnam. Kalla menyebutkan bahwa kesepakatan impor beras Vietnam sudah diputuskan dalam rapat antara Presiden Joko Widodo dengan para menteri.

“Ada prosesnya kan, sudah lama, itu sudah sesuai dalam rapat dengan presiden dan menteri,” kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (12/10/2015).

Menurut Kalla, impor beras Vietnam diperlukan sebagai langkah antisipasi. Pemerintah perlu berhati-hati dalam menghadapi El Nino sehingga perlu berkonsentrasi dalam menjaga cadangan beras. (baca: Wapres Angkat Bicara, Impor Beras dari Vietnam untuk Langkah Antisipasi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com