Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlambatan Ekonomi Masih Terasa di Asia

Kompas.com - 22/10/2015, 19:25 WIB

KOMPAS.com - Perlambatan ekonomi masih terasa di Asia hingga kini. Selain Indonesia, dua negara tetangga yakni Thailand dan Vietnam ikut merasakan perlambatan tersebut. Catatan dari Kantar Worldpanel pada Selasa (20/10/2015) menunjukkan bahwa pada 2013 silam, keseluruhan pertumbuhan barang konsumsi di Asia menyentuh angka 10 persen.

Namun demikian, terang Managing Director Kantar Wordpanel untuk Indonesia, Vietnam, dan Filipina Fabrice Carrasco, pasar barang konsumsi habis dipakai (FMCG) justru turun sekitar 4,6 persen. Penurunan terbesar ada di sektor makanan dan minuman. Padahal, di sektor ini, pembelanjaan rumah tangga di ketiga negara tersebut terbilang paling besar.

Berdasarkan hasil riset Kantar Worldpanel Indonesia, pertumbuhan barang konsumsi di Indonesia tahun ini sebesar 7.4 persen. Sedangkan, pada tahun sebelumnya mencapai pertumbuhan dua digit yaitu 15,2 persen.

Kurangi frekuensi

Di tengah keadaan ekonomi Asia yang sedang melambat, terlihat beberapa kesamaan pada rumah tangga di Asia di dalam kebiasaan belanja mereka. Di antaranya adalah dengan mengurangi frekuensi belanja namun meningkatkan kuantitas pembelian per pembelanjaan.

Dengan berkurangnya frekuensi berbelanja tiap rumah tangga, pemain FMCG dianjurkan untuk memastikan distribusi, ketersediaan barang, dan mempertahankan penempatan yang mudah dilihat konsumen pada rak-rak dagangan.

Tren lain yang terlihat, di beberapa negara Asia Tenggara yang memiliki persentase pusat perbelanjaan modern yang besar, konsumen cenderung untuk lebih tertarik  dengan berbagai promosi yang ditawarkan. Di Malaysia misalnya. Di negara itu tingkat kontribusi perdagangan modern mencapai 60 persen.

Kemudian, tren pemanfaatan dunia digita juga mewarnai kebiasaan berbelanja dari konsumen di dunia, dan juga Asia. Menurut data perdagangan secara elektronik (e-commerce) Kantar Worldpanel , pada 2025, pasar e-commerce untuk barang konsumsi akan akan tumbuh dobel dibandingkan dengan keadaan saat ini. Untuk beberapa negara seperti China, kontribusi pembelian FMCG  melalu media dalam jaringan (daring) sekitar 15 persen. Sementara, di Korea, tipe seperti ini mencapai angka  sekitar 30 persen.

Berbeda halnya di Indonesia. Maraknya pembelian melalui media daring biasanya untuk produk fesyen dan juga barang elektronik.

Sedangkan pembelian melalui media daring untuk pembelian produk barang konsumsi masih cenderung sangat minimal. Konsumen masih lebih memilih untuk berbelanja konvensional dengan mendatangi pusat perbelanjaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com