Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi: Introduksi Ikan Asing Ancam Ikan Endemik

Kompas.com - 09/11/2015, 12:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kehadiran spesies ikan baru yang dikenal sebagai Spesies Asing Invasif (SAI) mendesak populasi ikan asli atau endemik.

Ikan-ikan asing menjadi invasif di tempat tinggalnya yang baru melalui pemangsaan, kompetisi makanan, maupun keunggulan reproduksinya.

“Ikan-ikan asli menjadi semakin sulit dan terancam hidupnya dan pada akhirnya tersisihkan, digantikan oleh ikan asing introduksi tersebut,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sudi Pudjiastuti membuka Workshop Internasional Ancaman Species Asing Invasif terhadap Biodiversitas dan Kelestarian Sumberdaya Ikan di Indonesia, Jakarta, Senin (9/11/2015).

Sejumlah kasus introduksi ikan baru telah mengancam kelestarian ikan endemik. Sebut saja, kasus introduksi ikan mujair di Waduk Selorejo Jawa Timur, ikan nila di Danau Laut Tawar Aceh, ikan toman di Bangka, ikan louhan di Waduk Cirata dan Waduk Kedungombo.

Contoh lain, introduksi ikan oskar dan golsom di Waduk Jatiluhur, lobster air tawar di Danau Maninjau, dan ikan mas di Danau Ayamaru, Papua.

Introduksi ikan baru terbukti menurunkan populasi jenis ikan asli seperti ikan depik di Danau Laut Tawar Aceh, ikan belida dan tapah di Bangka, dan ikan pelangi di Danau Ayamaru Papua.

Kejadian lebih parah terjadi pada ikan moncong bebek dan Xenopoecilus poiptae yang asli di Danau Poso, dan ikan X. Surasinorum yang asli di Danau Lindu. Ketiga jenis ikan di dua danau tersebut punah akibat introduksi ikan mujair.

Menurut Susi, penerapan hasil riset dan teknologi penelitian di satu sisi memang bisa membantu manusia meningkatkan produktivitas, guna mencukupi kebutuhan atau permintaan.

Akan tetapi, di sisi lain keserakahan manusia justru bisa berdampak terhadap rusaknya ekosistem dan biodiversitas sumber kekayaan laut, maupun perikanan budidaya.

“Saya tidak menyalahkan keinginan masyarakat untuk menumbuhkan ekonomi. Tapi sebagai regulator, KKP dan KLHK harus memastikan ekstensifikasi produktivitas yang kita tuju tidak menjadi ancaman bagi keberlanjutan sumber daya hayati,” kata Susi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com