Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menjaga" Hubungan Perdagangan Indonesia – China

Kompas.com - 10/11/2015, 07:44 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Kondisi babak belur itu memang tidak bisa dihindari. Yang pasti, kepercayaan mitra dagang harus tetap terjaga, termasuk soal kepastian pembayaran.

Memang, hingga September 2015 lalu kecenderungan perdagangan global masih saja melambat. Sekalipun pada bulan itu neraca perdagangan membukukan surplus, baik ekspor maupun impor nyatanya berkurang.

Namun, sejumlah hal tetap harus menjadi perhatian, demi mendorong pemulihan perekonomian Indonesia. Seperti menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin yang menyatakan bahwa surplus neraca perdagangan pada 2015 lebih disebabkan penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor.

"Kinerja industri ini perlu dipacu," kata Suryamin, saat memaparkan kinerja perdagangan, Kamis (15/10/2015).

Pada September 2015 membukukan surplus 1,02 miliar dollar AS, disumbang oleh kinerja ekspor senilai 12,53 miliar dollar AS dan impor 11,51 miliar dollar AS. Adapun pada kurun Januari-September 2015, surplus neraca perdagangan mencapai 7,13 miliar dollar AS.

Dalam empat tahun terakhir, tak selalu neraca perdagangan membukukan surplus untuk kurun waktu yang sama. Pada 2013 dan 2014 defisit tercatat masing-masing 6,4 miliar dollar AS dan 1,7 miliar dollar AS, setelah pada 2012 tercatat surplus 1,023 miliar dollar AS.

"Surplus neraca perdagangan bulan September 2015 merupakan surplus terbesar keempat tahun ini," ucap Suryamin.

Dia merinci, surplus terbesar sejauh ini untuk 2015 dicapai pada Juli 2015, dengan nilai 1,38 miliar dollar AS, disusul Mei 2015 senilai 1,08 miliar dollar AS, dan Maret 2015 senilai 1,03 miliar dollar AS.

Transaksi dengan China  

Suryamin menambahkan catatan, neraca perdagangan dengan China merupakan salah satu yang selalu defisit, termasuk pada September 2015. Pada bulan itu, impor Indonesia dari China mencapai 2,48 miliar dollar AS sementara ekspor 1,05 miliar dollar AS. 

Secara kumulatif pada kurun Januari-September 2015, nilai impor Indonesia dari China mencapai 21,49 miliar dollar AS sementara nilai ekspor 9,92 miliar dollar AS, sehingga ada defisit 11,57 miliar dollar AS.

Merujuk data BPS, berikut ini sederet produk dan komoditas yang banyak diimpor Indonesia dari China pada kurun Januari-September 2015 bersama nominal nilainya:

1. Mesin-mesin atau pesawat mekanik, 5,26 miliar dollar AS 
2. Mesin/peralatan listrik, 4,60 miliar dollar AS
3. Besi dan baja, 1,40 miliar dollar AS
4. Benda-benda dari besi dan baja, 805 juta dollar AS 
5. Bahan kimia organik, 765 juta dollar AS
6. Plastik dan barang dari plastik, 740 juta dollar AS 
7. Pupuk, 479 juta dollar AS 
8. Bahan kimia anorganik, 400 juta dollar AS 
9. Filamen buatan, 394 juta dollar AS
10. Kapas, 385 juta dollar AS 

Di luar 10 produk dan komoditas tersebut, ada juga aneka barang lain yang diimpor Indonesia dari China. Nominalnya mencapai 6,44 miliar dollar AS. Melihat besarnya nominal dan jenis produk yang dibeli dari China tersebut untuk kebutuhan industri dan aktivitas perekonomian di dalam negeri, kepastian pembayaran jelas menjadi kebutuhan mutlak.

Thinkstock Secara kumulatif pada kurun Januari-September 2015, nilai impor Indonesia dari China mencapai 21,49 miliar dollar AS sementara nilai ekspor 9,92 miliar dollar AS, sehingga ada defisit 11,57 miliar dollar AS.

Karena itu, pilihan mitra perbankan yang tepat dan terpercaya pun menjadi penting. Kepastian nilai tukar yang kompetitif dan kecepatan waktu untuk pengiriman pembayaran tersebut menjadi dua indikator penting.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA), bisa menjadi pilihan bagi kebutuhan tersebut, terlebih untuk perdagangan dengan China. Di antara fasilitas Remittance BCA, ada Yuan Remittance dan China Today.

Yuan Remittance memberikan fasilitas transfer dalam bentuk mata uang Yuan ke seluruh dunia secara cepat, mudah dan aman. Adapun China Today memberikan jaminan pembayaran tiba pada hari yang sama dengan saat transaksi ke tujuh bank terbesar di China dalam US Dollar.

Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi, sejumlah langkah dijalankan Pemerintah. Selain mendorong ekspor, Pemerintah juga berupaya menggerakkan kembali manufaktur, sekalipun masih ditopang bahan baku dan barang modal dari impor.

Penerbitan lima paket ekonomi pada September-Oktober 2015—kemungkinan masih bertambah—pun bertujuan mencari solusi atas perlambatan ekonomi ini.

Informasi lanjutan mengenai layanan remitansi bisa disimak di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Nasabah Bank Jago Bertambah 3 Juta Setiap Tahun

Nasabah Bank Jago Bertambah 3 Juta Setiap Tahun

Whats New
RUPST MPXL Sepakati Pembagian Dividen dan Tambah Komisaris

RUPST MPXL Sepakati Pembagian Dividen dan Tambah Komisaris

Whats New
KAI Properti Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Cek Posisi dan Syaratnya

KAI Properti Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com