Kepala Eksekutif Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Kusumaningtuti S Soetiono menjelaskan, berdasarkan survei yang dihelat OJK pada tahun 2013 lalu, tingkat literasi keuangan di Indonesia hanya mencapai 21,8 persen.
Sementara itu, tingkat inklusi produk jasa keuangan hanya 59,7 persen.
"Khusus untuk anak-anak pelajar dan mahasiswa, tingkat literasi keuangan hanya 28 persen. Artinya, dari 100 anak hanya 28 anak yang tahu apa itu produk layanan jasa keuangan," kata Kusumaningtuti di SD Negeri 01 Menteng, Jakarta, Jumat (27/11/2015).
Sementara itu, indeks inklusi jasa keuangan untuk anak-anak, pelajar, dan mahasiswa di Indonesia hanya mencapai 44 persen.
Oleh sebab itu, kata Kusumaningtuti, regulator menyusun Strategi Nasional Inklusi Keuangan guna mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat Indonesia.
Kusumaningtuti menjelaskan, salah satu program yang diluncurkan OJK adalah program edukasi keuangan dengan meluncurkan buku Mengenal Jasa Keuangan.
Pada bulan Agustus 2014, buku ini diluncurkan untuk siswa SMA dan diuji coba ke 1.270 SMA di Indonesia. Adapun pada bulan Februari 2015 lalu buku serupa diperkenalkan untuk siswa SMP dan diuji coba ke 1.521 SMP di seluruh Indonesia.
Khusus untuk siswa SD, buku ini dilengkapi dengan alat peraga untuk membantu siswa belajar sambil bermain.
"Kami dapat informasi bahwa materi edukasi keuangan menjadi materi yang digemari siswa karena langsung berhubungan dengan kebutuhan uang, konsep uang, dan cara mengelolanya untik kehidupan yang lebih sejahtera," terang Kusumaningtuti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.